Museum Konferensi Asia-Afrika: Wisata Belajar dan liburan Bareng Anak

Posted on

Di tengah libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), para orang tua berlomba mencari tujuan wisata yang menawarkan pengalaman edukatif dan interaktif bagi anak, tetapi tetap memiliki nilai rekreasi. Museum merupakan salah satu opsi paling cocok bagi para orang tua, terutama di wilayah Bandung.

Salah satu museum yang bernama Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) adalah pilihan tepat. Di sana, pengunjung dapat mengajak anak untuk belajar mengenai sejarah Konferensi Asia-Afrika.

Museum ini terletak di Jalan Asia-Afrika, berdekatan dengan lokasi wisata Braga yang populer dan ramai pengunjung. Tidak jarang orang-orang berkunjung ke Museum Asia-Afrika, kemudian melanjutkan dengan berwisata kuliner dan membeli suvenir di sekitar Braga.

Menjelang Libur Natal pada tanggal 25 Desember dan Tahun Baru, Museum Asia-Afrika bersiap dipadati oleh rombongan sekolah dan para orang tua bersama anak-anak mereka.

Walaupun mendekati libur panjang, volume pengunjung museum ini masih terlihat normal. Kedatangan pengunjung masih relatif sama seperti hari biasa. Museum KAA menyimpan berbagai koleksi sejarah dan narasi mengenai Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada tahun 1955. Konferensi ini merupakan tonggak penting dalam diplomasi global karena mempertemukan negara-negara Asia dan Afrika untuk pertama kalinya dalam forum internasional yang besar.

Museum ini dibangun di Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika tersebut, dan merupakan upaya untuk merawat ingatan kolektif tentang peristiwa penting itu. Museum KAA secara resmi diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 24 April 1980, dalam rangka peringatan 25 Tahun KAA.

Museum KAA memiliki banyak pameran tetap. Terdapat benda-benda tiga dimensi dan foto dokumenter yang terkait dengan Konferensi Asia-Afrika 1955, serta peristiwa pendahuluannya seperti Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, dan Konferensi Bogor. Selain itu, Museum KAA juga memamerkan foto-foto dokumenter tentang latar belakang konferensi dan tokoh-tokoh penting yang hadir, termasuk pemimpin negara dari Asia-Afrika.

Pengunjung terlihat menikmati area koleksi, baik permanen maupun temporer. Salah satu pengunjung bernama David (30), berkunjung ke Museum Konferensi Asia-Afrika bersama pasangan. Ia mengaku senang datang ke Museum KAA dan mendapat banyak wawasan dari museum tersebut.

“Saya bersama pasangan dari Tangerang, ke Bandung memang untuk liburan dan ke museum salah satunya,” kata David.

Pengunjung dapat datang ke Museum KAA pada hari Rabu, Kamis, dan Sabtu di pukul 09.00 hingga pukul 12.00 dan pukul 13.30 hingga 15.30 WIB. Pada hari Jumat, jadwal kunjungannya berbeda.

Selain itu, fasilitas perpustakaan juga tersedia. Perpustakaan umumnya buka pada Senin hingga Jumat. Pengunjung dapat datang dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB.

Museum ini juga tengah menggelar pameran temporer “Tutur Luhur Figur Asia-Afrika: The Word Echo Through The Ages”. Pameran berlangsung mulai 24 Oktober hingga 27 Desember 2025 untuk memaknai 70 tahun KAA dan memberi ruang refleksi atas ekspresi solidaritas serta perdamaian antarbangsa yang tercermin dari berbagai pidato yang disampaikan selama KAA 1955, dan masih relevan dalam menyikapi situasi global masa kini.