Sejumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) melakukan aksi bersih-bersih di ruas jalan protokol Kota Tasikmalaya, Rabu (17/12/2025).
ODGJ asuhan Yayasan Mentari Hati Tasikmalaya ini mengangkut tumpukan sampah liar di Jalan Gubernur Sewaka dan Jalan Brigjen Sutoko.
Dengan menumpang mobil bak terbuka, mereka menyisir tumpukan sampah. Aksi ini dikawal langsung oleh Ketua Yayasan Mentari Hati, Dadang Heryadi. Sampah yang menumpuk di pinggir jalan itu langsung diangkut menuju TPA Ciangir.
“Buat masyarakat sadarlah, masak tidak malu sama ODGJ. ODGJ saja sudah peduli terhadap sampah, masa sih orang waras, orang normal tidak kasih contoh. Perbuatan orang waras sampai harus dibereskan oleh ODGJ,” kata Dadang.
Dadang mengatakan, aksi sosial ini dilakukannya karena jengah melihat beberapa titik di Jalan Gubernur Sewaka sering dijadikan TPS liar. Tumpukan sampah menggunung, mencoreng wajah Kota Tasikmalaya.
Akhirnya Dadang memutuskan untuk memberdayakan ODGJ asuhannya membersihkan sampah liar tersebut. Di panti rehabilitasinya, saat ini ada sekitar 70 orang ODGJ yang kondisinya dianggap stabil untuk diajak beraktivitas di luar panti. Secara bergiliran mereka diajak untuk membantu membersihkan sampah.
“Kita bersih-bersih dua hari sekali, membawa ODGJ sekitar 5 orang. Ini khusus untuk asuhan yang kondisinya sudah memungkinkan, atau yang sudah mencapai 60 persen pemulihan,” kata Dadang.
Pemilihan ODGJ ini dilakukan Dadang dengan selektif. Jika masih mengalami sakit jiwa parah, alih-alih membersihkan, mereka justru bermain-main atau bahkan memungut sisa-sisa makanan dari sampah.
“Ya kalau yang masih parah, diajak bersih-bersih malah memungut sisa-sisa makanan,” kata Dadang sambil mengatakan jumlah total ODGJ asuhannya mencapai 258 orang.
Pemberdayaan ODGJ ini menurut Dadang memberi kontribusi positif bagi kesehatan mental mereka. Setidaknya mereka jadi punya kegiatan untuk mengisi keseharian.
“Dengan begini, sobat jiwa jadi punya kegiatan. Jangan sampai mereka merenung tanpa arah di panti. Alhamdulillah dengan dibawa bersih-bersih sampah ini mereka kelihatan ceria. Kami juga terapkan terapi musik atau diajak bertani,” kata Dadang.
Terkait TPS liar yang kerap muncul di pinggir jalan, Dadang berharap pemerintah menata area tersebut. Jika pinggiran jalannya dijadikan taman atau dibuatkan trotoar, menurut dia potensi masyarakat membuang sampah akan berkurang.
“Ini kan kelakuan orang waras yang membawa sampah dari rumah, lalu dilempar ke pinggir jalan. Padahal sampah rumah itu sedikit, urus sendirilah. Mau dibakar atau dibuang ke tempatnya terserah, yang penting jangan dibuang di pinggir jalan,” kata Dadang.
Kepala Bidang Pengelola Sampah pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, Feri Arif Maulana mengakui bahwa keberadaan TPS liar di sejumlah ruas jalan protokol sulit diberantas.
Hasil pendataan, saat ini ada sekitar 20 titik TPS liar di pinggir jalan, termasuk di Jalan Gubernur Sewaka dan Jalan Brigjen Sutoko.
Feri menambahkan, pihaknya selama ini menyiapkan armada khusus untuk menyisir tumpukan sampah di pinggir jalan. Frekuensinya seminggu dua kali. Tapi karena volume sampahnya banyak, tumpukan masih sering terjadi. Pemasangan spanduk larangan sudah dilakukan, bahkan penindakan hukum oleh Satpol PP juga sudah dilakukan. Tetapi, kesadaran masyarakat tak kunjung terwujud.
“Sebenarnya kami memiliki armada khusus yang datang kurang lebih dua kali seminggu. Namun, volume sampah di jalur ini memang sangat tinggi. Kami sudah beberapa kali membersihkan TPS yang ada di Jalan Sutoko ini. Kami sudah memberikan sosialisasi bahwa trotoar ini bukan tempat pembuangan. Tetapi, kesadaran masyarakat memang belum terwujud,” kata Feri.
Dengan aksi sosial ODGJ ini, Feri mengaku sangat terbantu. Menurut dia, penanganan sampah memerlukan kolaborasi dengan semua kalangan masyarakat.
“Tentu merasa sangat dibantu karena memang kita harus bersatu, harus sama-sama, karena urusan sampah itu kan permasalahan kita bersama. Dan ini memang sudah menjadi masalah klasik, artinya kita harus memiliki inovasi dan terobosan,” kata Feri.
Aksi bersih-bersih ODGJ ini juga mendapat apresiasi dari Kementerian Sosial. Para ODGJ tersebut menerima bantuan berupa pakaian, sarung tangan, dan perkakas penunjang aksi.







