Tak hanya merekonstruksi fosil gajah purba atau Stegodon trigonocephalus, Tim Peneliti Museum Geologi juga akan meneliti sisa-sisa kehidupan masa lalu yang ada di lokasi penemuan fosil yang berada di lereng Gunung Pandan, tepatnya di kawasan Hutan Triktik, Nganjuk, Jawa Timur.
Kepala Badan Geologi kala itu Muhammad Wafid mengatakan, sebelum melakukan ekskavasi, penelitian terhadap fosil gajah purba ini sudah dilakukan sejak lama.
“2023 Pemkab Nganjuk mengirim surat kepada kami, kemudian kami lakukan survei di lapangan, di 2024 kita identifikasi lokasi-lokasi yang nanti dilakukan ekskavasi dan sebagainya, baru di 2025 kita coba gali ekskavasi ternyata kita menemukan satu situs yang memang mengandung fosil yang cukup lengkap,” kata Wafid kepada infoJabar belum lama ini.
Wafid mengungkapkan, jika lokasi penemuan fosil lingkungannya masih baik dan menarik untuk diteliti lebih jauh. Secara morfologi menurut Wafid, lokasi penemuan fosil ada di perbukitan dan masuk pada Zona Kendeng dan litologinya sekitar napalan dan clay yang sudah terlipat.
“Jelas kekayaan lingkungan di Jawa ini memang saat itu jadi habitat mungkin binatang-binatang termasuk Stegodon trigonocephalus yang merupakan bagian dari habitat yang ada di Jawa itu saya kira sangat kaya,” ungkapnya.
“Selain di sekitar aliran sungai Bengawan Solo ada juga lokasi-lokasi lain yang memang menjadi bagian dari habitat binatang,” tambahnya.
Disinggung sudah berapa fosil yang ditemukan di wilayah Jawa, Wafid sebut jumlahnya sudah banyak.
“Itu sudah terlalu banyak karena situsnya banyak ya, situsnya bisa dihitung, tetapi kalau fosilnya sendiri banyak sekali, karena dalam satu aliran Sungai Bengawan Solo saja itu di muaranya aja sudah ketemu dua ribuan ya,” tuturnya.
Meski 70 persen fosil gajah purba ini sudah berhasil diekskavasi, penelitian masih bisa terus berkembang. Pihaknya menduga masih ada fosil lainnya di sekitar kawasan itu.
“Masih kita cari terus, masih bisa berkembang, karena kalau itu satu lokasi ada habitat mestinya ada juga beberapa yang kita temukan nanti,” ujarnya.
Disinggung terkait asal-usul gajah purba ini. Wafid sebut jika dulu banyak habitat satwa di wilayah Jawa termasuk gajah Blora.
“Yang jelas gini kalau dulu itu kan mungkin masih bagian dari dataran Sunda ya, dimana banyak binatang-binatangnya. Gajah Blora dengan yang ini beda jenis ya artinya habitat di Pulau Jawa itu dulu lingkungannya banyak binatang yang bermigrasi. Ada yang cari makan atau cari apalah di situ habitatnya,” pungkasnya.






