2 Buku Ini Gagal Raih Penghargaan Ockham Akibat Sampul Buatan AI

Posted on

Buku karya dua penulis pemenang penghargaan dari Selandia Baru didiskualifikasi dari pertimbangan untuk penghargaan sastra tertinggi negara tersebut karena kecerdasan buatan (AI) digunakan dalam pembuatan desain sampulnya.

Melansir dari The Guardian, kumpulan cerita pendek karya Stephanie Johnson berjudul Obligate Carnivore dan kumpulan novel pendek karya Elizabeth Smither berjudul Angel Train diajukan untuk hadiah fiksi Ockham 2026 senilai NZ$65.000 pada Oktober, tetapi didiskualifikasi pada bulan berikutnya karena adanya pedoman baru mengenai penggunaan AI.

Penerbit kedua buku tersebut, Quentin Wilson, mengatakan bahwa panitia penghargaan mengubah pedoman pada bulan Agustus, saat semua sampul buku yang diajukan sudah selesai dibuat.

“Oleh karena itu, sudah terlalu terlambat bagi penerbit mana pun untuk mempertimbangkan klausul tersebut dalam rancangan mereka,” kata Wilson kepada The Guardian.

“Jelas sangat menyedihkan bahwa dua karya fiksi luar biasa dari penulis-penulis yang sangat dihormati harus terseret dalam masalah ini, padahal hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan isi tulisan mereka.”

Wilson juga mengatakan bahwa keputusan tersebut mengecewakan tim produksi dan desain yang sudah bekerja keras untuk buku-buku itu.

Johnson bersimpati kepada penyelenggara penghargaan, dan mengatakan bahwa dia juga sangat prihatin dengan penggunaan AI di bidang kreatif. Namun, dia kecewa dengan keputusan tersebut.

“Bohong kalau saya bilang tidak sedih,” ucapnya.

“Ini adalah buku saya yang ke-22, dan koleksi cerita pendek saya yang keempat. Cerita-cerita ini … ditulis selama sekitar 20 tahun, jadi bagi saya, ini buku yang sangat penting,” tambahnya.

Johnson mengatakan biasanya penulis hanya memiliki sedikit andil dalam desain buku mereka dan tidak tahu AI telah digunakan untuk membuat sampulnya.

“Saya pikir itu foto kucing sungguhan dan giginya disunting, tapi ternyata bukan begitu,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa tidak seperti generasi muda yang lebih mudah mengenali karya AI, ia kesulitan membedakan gambar yang dibuat dengan teknologi tersebut.

Johnson khawatir orang-orang kini akan mengira ia menggunakan AI untuk menulis bukunya, padahal “sama sekali tidak”.

Dalam sebuah pernyataan, Smither mengatakan para desainer menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengerjakan sampul bukunya, yang menampilkan kereta uap dan malaikat yang “setengah tersembunyi dalam asap”, terinspirasi oleh sosok-sosok karya seniman Marc Chagall.

Baik Smither maupun Johnson sebelumnya pernah menjadi juri kategori dalam penghargaan Ockham, dan keduanya mengatakan bahwa sampul buku biasanya diberi sedikit dipertimbangkan.

Penggunaan AI di bidang kreatif semakin mendapat sorotan seiring berkembangnya teknologi tersebut, dengan beberapa kelompok mulai mengembangkan cara untuk melawan pengaruhnya.

Nicola Legat, ketua lembaga penghargaan buku yang mengelola Ockham Awards, mengatakan bahwa lembaga tersebut mengambil “sikap tegas terhadap penggunaan AI dalam buku”.

“Lembaga ini tidak akan gegabah mengambil keputusan yang membuat karya terbaru dari dua penulis paling dihormati di Selandia Baru tidak dapat dipertimbangkan untuk penghargaan 2026,” kata Legat.

“Namun, kriteria berlaku untuk semua peserta, terlepas dari mana (status) mereka, dan harus diterapkan secara konsisten.”

Keputusan untuk mengubah kriteria terkait AI didorong oleh keinginan untuk melindungi kepentingan kreatif dan hak cipta para penulis serta ilustrator negara tersebut, ujarnya.

Wilson mengatakan penerbit dan penulis secara teratur menggunakan Grammarly dan Photoshop, yang memanfaatkan AI, dan situasi ini menunjukkan perlunya pedoman yang disusun secara hati-hati.