Pilu Rumah Pemuda Difabel di Sukabumi Ambruk

Posted on

Sebuah video berdurasi 1 menit 18 info yang memperlihatkan seorang pemuda berdiri terpaku di depan rumahnya yang runtuh viral di media sosial. Video itu diunggah pemilik akun @aymarlina927 dan ramai dibagikan ulang.

Suara perempuan yang merekam terdengar nelangsa saat menyorot pemuda itu dan puing-puing rumahnya. Dalam video, perempuan tersebut terdengar berbicara dengan Bahasa Sunda.

karunya teuing ngahuleung we tuh, ningalikeun rumahna runtuh. Kondisi rumahnya runtuh itu anu gaduh rumahna, karunya teuing. Sing Sabar wa, mudah-mudahan ku allah sing kaganti. Tah ieu budakna geus teu bogaeun indung, jauh ti bapak hirup sorangan didieu oge. Ngahelas nempokeun weh imah geus runtuh modelan kieu, ku hadena uwa teu di jero nya, keur dimana uwa teh (Kasihan, melamun menatap rumah yang runtuh. Kondisi rumah runtuh itu yang punya, kasihan sekali. Yag sabar wa, mudah-mudahan diganti sama Allah. Nah ini anaknya, sudah tidak punya ibu, kasihan melihat rumahnya. Untungnya saat kejadian tidak ada di rumah)”.

Diketahui perempuan yang merekam video itu adalah Ay Marlina, warga Kampung Cihonje, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Rumah itu ambruk pada Jumat (14/11/2025) malam sekitar pukul 21.00 WIB, ketika hujan mengguyur wilayah tersebut.

“Terdengar ambruknya itu sekitar pukul 21.00 WIB,” ujar Ay Marlina saat dikonfirmasi, Sabtu (15/11/2025).

Dari pantauan di lokasi, sisa bangunan tampak luluh lantak. Rangka bambu yang dulu menjadi penopang atap berserakan di tanah, saling silang seperti tulang yang tercerabut.

Genting-genting pecah bercampur dengan serpihan bilik bambu, sementara sebagian tembok rumah bagian belakang masih berdiri namun miring dengan pintu kayu lapuk yang tidak lagi utuh.

Dua jendela kayu berwarna hijau muda terlihat roboh ke tanah, kacanya tertutup debu. Di sela puing, pakaian penghuni rumah tampak tercecer.

Ay Marlina mengatakan, pemilik rumah itu bernama Fadilah (20). Sejak kecil ia hidup bersama kakek dan neneknya setelah ibunya meninggal dunia. Ayah kandungnya, menurut Marlina, sudah lama pergi dan tidak lagi terlibat dalam hidup Fadilah.

“Itu masih saudara dia dari kecil diurus sama kakek dan nenek sudah diambil sama kakek dan nenek, diurus sama nenek sampai meninggal dunia. Dia tinggal di situ punya rumah, kita saudara ada bapak kandung juga ada hanya mamahnya sudah meninggal, ayah kandungnya sudah pergi enggak perduli. Dia benar-benar tinggal sendiri disitu, terus rumahnya dekat rumah saya, dia sudah lama rumahnya dia susah banyak tinggalin itu ya, kami sebagai saudara sudah diminta tinggal dengan kami dia enggak mau, keluarga mamahnya juga ajak dia enggak mau. Dia tetap ingin tinggal disitu, tapi untuk urusan makan apa dia gantian ke kami, ke saya, ke mama atau ke uwak,” kata Marlina.

Marlina menyebut, Fadilah memiliki hambatan perkembangan sejak kecil. Ia sendiri pernah merawat Fadilah ketika masih kecil dulu.

“Intinya dia memang nggak mau ya, kalau saya sendiri kan baru pulang dari Taiwan, lama merantau. Saya waktu bayi pernah urus dia, jadi agak terbelakang mental, dulu harusnya sekolah di SLB, jadi sekolahnya sampai SD ya, Difabel secara mental kalau fisik dia sehat, kadang dia suka disuruh-suruh begitu kalau mau ya dia mau kalau enggak ya enggak, dia anaknya introvert ya. Dia mau dirumahnya disitu, kami tidak bisa memaksa jadi dilingkungan kami juga. Jadi dia benar-benar tinggal sendiri. Paling hanya makan saja kita bantu ya,” tutur Marlina.

Saat rumah itu ambruk, Fadilah tidak berada di lokasi. Ia sedang berada di rumah temannya. “Kejadiannya itu dia sedang tidak ada, dia pergi ke rumah temannya jadi enggak disitu, kejadiannya malam tadi, atau Jumat (14/11/2025) malam,” kata Marlina.

Ia menyebut, rumah tersebut sudah lama lapuk dan keluarga telah mengajukan permohonan bantuan perbaikan rumah layak huni ke pihak desa.

“Malam itu hujan sudah lapuk juga, kita sudah lama minta bantuan untuk rumah layak huni ke pihak desa, tapi hanya iya-iya saja, tapi tidak ada realisasinya memperbaiki rumah itu. Yang melihat ada, kemarin satu minggu yang lalu ada dari desa foto-fotoin, kendalanya katanya masalah KK, padahalkan KK-nya itu dia ikut sama kakek nenek dia ikut tapi sudah meninggal, sudah jelas itu rumah sendiri. Itu rumah ditinggali dan bukan rumah kosong dan masih ditinggali, sampai rumah itu ambruk,” ucapnya.

Sementara itu keterangan berbeda diungkap Sekretaris Desa Sukamaju, Otong, menyebut rumah yang ambruk itu sebenarnya sudah lama tidak dihuni. Ia mengatakan desa telah memonitor kejadian tersebut.

“Sudah, itu kan rumah kosong sudah lama tidak ditempati, bukan masalah apa, jadi sudah lama tidak ditempati, kan yang namanya rumah gak ada yang berpenghuni,” ujarnya.

Ketika ditanya soal informasi bahwa rumah itu ditempati pemuda bernama Fadilah, Otong memberikan penjelasan berbeda.

“Oh itu Fadilah anaknya kurang kadang kadang kemarin mah sama neneknya, sekarang kalau mau main pulang lagi sama neneknya, udah di cek tadi juga ke lapangan alhamdulillah gak ada apa apa, soalnya itu udah lama,” kata dia.

Terkait program rumah tidak layak huni, Otong menyebut pengajuan pernah dilakukan namun terbentur kuota. “Itu udah, rutilahu keterbatasan kita teh, kalau pengajuan udah, kan kita gak bisa programnya pengen si A dulu kan gak bisa,” ucapnya.

Ia menambahkan bahwa Fadilah sejak dulu tinggal bersama neneknya dan memiliki keterbatasan. “Soalnya gitu, udah lama dia tinggal sama neneknya, katanya kan kurang normal itu anaknya, ikut sama neneknya soalnya keluarganya bapaknya sudah nikah lagi,” kata Otong.

Otong menegaskan rumah itu terlihat seperti rumah kosong yang lama ditinggalkan. “Soalnya kalau gak tau mah kaya gak diperhatikan padahal mah udah lama gak ditinggalin,” ujarnya

Keterangan Berbeda Pihak Desa

Sementara itu keterangan berbeda diungkap Sekretaris Desa Sukamaju, Otong, menyebut rumah yang ambruk itu sebenarnya sudah lama tidak dihuni. Ia mengatakan desa telah memonitor kejadian tersebut.

“Sudah, itu kan rumah kosong sudah lama tidak ditempati, bukan masalah apa, jadi sudah lama tidak ditempati, kan yang namanya rumah gak ada yang berpenghuni,” ujarnya.

Ketika ditanya soal informasi bahwa rumah itu ditempati pemuda bernama Fadilah, Otong memberikan penjelasan berbeda.

“Oh itu Fadilah anaknya kurang kadang kadang kemarin mah sama neneknya, sekarang kalau mau main pulang lagi sama neneknya, udah di cek tadi juga ke lapangan alhamdulillah gak ada apa apa, soalnya itu udah lama,” kata dia.

Terkait program rumah tidak layak huni, Otong menyebut pengajuan pernah dilakukan namun terbentur kuota. “Itu udah, rutilahu keterbatasan kita teh, kalau pengajuan udah, kan kita gak bisa programnya pengen si A dulu kan gak bisa,” ucapnya.

Ia menambahkan bahwa Fadilah sejak dulu tinggal bersama neneknya dan memiliki keterbatasan. “Soalnya gitu, udah lama dia tinggal sama neneknya, katanya kan kurang normal itu anaknya, ikut sama neneknya soalnya keluarganya bapaknya sudah nikah lagi,” kata Otong.

Otong menegaskan rumah itu terlihat seperti rumah kosong yang lama ditinggalkan. “Soalnya kalau gak tau mah kaya gak diperhatikan padahal mah udah lama gak ditinggalin,” ujarnya

Keterangan Berbeda Pihak Desa