Tak ada yang bisa menebak jalan cerita hidup. Begitu pula kisah dua teman sekolah yang berpisah lebih dari empat dekade, lalu dipertemukan kembali setelah sama-sama kehilangan pasangan dua tahun lalu.
Kini, Zul A’ini Ariffin (58) dan Alias Yahaya (58) resmi terikat sebagai suami-istri, sebuah akhir manis dari perjalanan panjang mereka.
Momen lamaran pun berlangsung sangat istimewa. Alias memilih Jabal Rahmah, tempat bersejarah pertemuan Nabi Adam dan Hawa, sebagai lokasi untuk menyatakan keseriusannya. Keduanya kemudian bertunangan di hadapan Kakbah, sebelum akhirnya melangsungkan akad nikah pada 11 Oktober 2025 di Masjid Dato’ Klana Petra Lela Mohd Yusof di Sikamat.
Dikutip dari siliconartists, Zul A’ini menceritakan pertemuan kembali dengan Alias bermula pada 2019 saat keduanya menghadiri pernikahan seorang teman di Baling, Kedah.
“Saya dan suami sebenarnya pernah sekelas dari Tingkatan Satu hingga Tiga, tapi terputus hubungan selepas suami berpindah ke sekolah Sains,” katanya kepada Sinar Harian.
Hubungan dengan teman-teman lama kembali terjalin setelah mereka membuat grup WhatsApp pada 2016. Namun, tatap muka pertamanya dengan Alias terjadi tiga tahun kemudian.
“Saya terserempak dengan suami tiga tahun kemudian dalam satu majlis kenduri kawan kami di Kedah yang mana ketika itu dia datang bersama isterinya yang berkerusi roda,” kenangnya.
Saat itu, pertemuan hanya sebatas sapa. Kondisi pun tidak memungkinkan apa-apa terjadi, terlebih Zul A’ini masih bersuami. Baru setelah dua tahun lalu sang suami meninggal akibat diabetes, ia mendengar kabar istri Alias, yang juga menderita diabetes, telah wafat. Dari situlah semuanya bermula.
“Memandangkan kami saling mengenali, saya message dia di aplikasi TikTok dan ucapkan takziah serta menasihatkannya supaya tidak berterusan bersedih,” ujarnya. “Saya merasa kehilangan suami dan sejak itu kami berteman,” tambahnya.
Awalnya tak ada niat untuk melanjutkan hubungan ke arah pernikahan, apalagi dengan usia yang sudah melewati 50 tahun. Namun setelah beberapa hari saling berkomunikasi, Alias tiba-tiba menggoda dengan gurauan ajakan menikah, gurauan yang ternyata menyimpan keseriusan.
“Dari situlah hubungan kami jadi lebih akrab dan saya juga beritahu telah merancang menunaikan umrah pada bulan Agustus ini,” kata Zul A’ini.
Mendengar rencana umrah itu, Alias langsung menanggapinya dengan niat yang lebih serius. “Dia kemudiannya beritahu nak pergi juga dan berhasrat melamar saya di sana. Dari situ saya nampak dia memang serius dan telah maklum kepada anak-anak serta adik mengenai perkara itu,” katanya.
Awalnya, beberapa anak Zul A’ini sempat khawatir ia hanya dipermainkan. Namun setelah mendengar penjelasan ibunya, mereka akhirnya memberi restu. Pertemuan pertama dengan Alias terjadi di Bandara KLIA sebelum keberangkatan umrah.
“Sebelum pergi umrah itu pun kami dah hantar borang nikah dan tetapkan tarikh untuk diijabkabulkan selepas ahli keluarga masing-masing bersetuju,” jelasnya.
Sesampainya di Tanah Suci, Zul A’ini banyak berdoa meminta petunjuk. “Sepanjang di sana pun, saya banyak berdoa kepada ALLAH, jika Alias ini baik untuk saya dekatkanlah kami dan di hadapan Kakbah kami bertunang dengan bersaksikan adik perempuan, sepupu serta anak saudara dan mutawif,” tuturnya.
Empat puluh hari setelah kembali dari umrah, keduanya akhirnya resmi bersatu sebagai pasangan suami istri di Seremban.
Zul A’ini mengaku tak pernah membayangkan akan menikah lagi. Setelah kepergian suaminya, ia sempat berniat untuk fokus memperdalam agama.
“Selepas suami meninggal, saya memang tak terfikir pun nak kahwin semula dan dah merancang duduk di sekolah pondok belajar agama, tapi anak-anak tak izinkan,” akunya.
Namun takdir berkata lain. “Dengan takdirnya, saya bertemu pula dengan Alias yang merupakan rakan lama sekolah dan selepas buat solat istiqarah, ALLAH beri petunjuk dan bukakan hati saya,” tutupnya, penuh rasa syukur.
Artikel ini telah tayang di siliconartists
Berawal dari Grup WhatsApp
Lamaran Romantis di Tanah Suci
Awalnya tak ada niat untuk melanjutkan hubungan ke arah pernikahan, apalagi dengan usia yang sudah melewati 50 tahun. Namun setelah beberapa hari saling berkomunikasi, Alias tiba-tiba menggoda dengan gurauan ajakan menikah, gurauan yang ternyata menyimpan keseriusan.
“Dari situlah hubungan kami jadi lebih akrab dan saya juga beritahu telah merancang menunaikan umrah pada bulan Agustus ini,” kata Zul A’ini.
Mendengar rencana umrah itu, Alias langsung menanggapinya dengan niat yang lebih serius. “Dia kemudiannya beritahu nak pergi juga dan berhasrat melamar saya di sana. Dari situ saya nampak dia memang serius dan telah maklum kepada anak-anak serta adik mengenai perkara itu,” katanya.
Awalnya, beberapa anak Zul A’ini sempat khawatir ia hanya dipermainkan. Namun setelah mendengar penjelasan ibunya, mereka akhirnya memberi restu. Pertemuan pertama dengan Alias terjadi di Bandara KLIA sebelum keberangkatan umrah.
“Sebelum pergi umrah itu pun kami dah hantar borang nikah dan tetapkan tarikh untuk diijabkabulkan selepas ahli keluarga masing-masing bersetuju,” jelasnya.
Sesampainya di Tanah Suci, Zul A’ini banyak berdoa meminta petunjuk. “Sepanjang di sana pun, saya banyak berdoa kepada ALLAH, jika Alias ini baik untuk saya dekatkanlah kami dan di hadapan Kakbah kami bertunang dengan bersaksikan adik perempuan, sepupu serta anak saudara dan mutawif,” tuturnya.
Empat puluh hari setelah kembali dari umrah, keduanya akhirnya resmi bersatu sebagai pasangan suami istri di Seremban.
Zul A’ini mengaku tak pernah membayangkan akan menikah lagi. Setelah kepergian suaminya, ia sempat berniat untuk fokus memperdalam agama.
“Selepas suami meninggal, saya memang tak terfikir pun nak kahwin semula dan dah merancang duduk di sekolah pondok belajar agama, tapi anak-anak tak izinkan,” akunya.
Namun takdir berkata lain. “Dengan takdirnya, saya bertemu pula dengan Alias yang merupakan rakan lama sekolah dan selepas buat solat istiqarah, ALLAH beri petunjuk dan bukakan hati saya,” tutupnya, penuh rasa syukur.
Artikel ini telah tayang di siliconartists







