Matahari menyinari bumi dengan sempurna. Hembusan angin menyelinap ke setiap permukaan setiap bangunan hingga jalanan.
Deru mesin hilir mudik di jalan dengan serampangan. Suara bising dari knalpot saling bersahutan yang membuat telinga meradang.
Dari ramainya kebisingan itu terlihat wajah termenung di atas delman atau kereta kuda. Dalam keheningan wajah itu sesekali melihat handphone yang dibawanya hanya untuk melihat waktu yang terus berpacu.
Pria itu adalah Ajat Sudrajat (40) atau kerap dikenal Ude, seseorang yang semangatnya terus menggebu untuk mencari nafkah sambil berteduh dari panasnya terik matahari.
Ude bersama sang kuda kesayangan mangkal di Tugu Kujang, Warung Lobak, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Kamis (6/11/2025). Dirinya nampak bersandar di bangku delman yang berada di bagian kanan. Terlihat dirinya sesekali menjaga tali kendali kuda yang menarik delmannya.
Nampak di tempat tersebut tidak terlihat delman lain yang biasanya mangkal. Terlihat hanya delman yang dikendarai Ude yang masih setiap menunggu penumpang yang akan menaikinya.
Pekerjaan mulia itu diketahui Ude dari sang bapak sejak kecil. Masa mudanya itu kerap dihabiskan mengikuti sang bapak mencari nafkah sebagai kusir delman.
“Iya dari tahun 90-an saya sering ikut-ikut bapak kalau lagi narik delman. Terus pas tahun sekitar 2005-an pas udah lulus sekolah saya langsung jadi kusir delman sampai sekarang,” ujar Ude, saat ditemui infoJabar.
Delman yang dikendarainya pun merupakan peninggalan bapaknya. Kemudian sampai saat ini bapaknya tersebut masih menggeluti profesi yang sama sebagai kusir delman.
“Kuda ini juga peninggalan bapak, bapak juga masih narik. Tapi bapak mah beda lagi delmannya,” katanya.
Ude mengaku sempat mengalami puncak pendapatannya pada tahun 2015 silam. Pasalnya pada tahun tersebut belum ada transportasi ke wilayahnya.
“Rutenya delman ini ke Bojongkunci dan ke Gandasari. Ke daerah itu kan gak ada angkot. Adanya delman terus ojeg pangkalan lah. Cuma yang murah emang delman. Tahun 2015 mah rame pisan yang naiknya, padahal dulu ongkosnya cuma Rp 2 ribu,” jelasnya.
Ude menyebutkan kurangnya penumpang disebabkan adanya ojek online (ojol) yang bisa melintas. Kemudian diperparah pada saat adanya pandemi Covid-19.
“Pas Covid emang ongkosnya udah Rp 5 ribu. Tapi penumpangnya gak ada. Dari situ lah pendapatan teh terus berkurang aja we,” ucapnya.
“Iya kalau sehari bisa dapet Rp 50 ribu. Kadang-kadang dua balikan aja, kadang-kadang sepi gak ada penumpang. Kalau ramainya sih biasanya di pasar tumpah. Lumayan lah kadang bisa dapet Rp 100 ribu sehari,” tambahnya.
Meski begitu, Ude terus bersemangat dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Dirinya pun terkadang turut menjadi tukang bangunan untuk menyambung kehidupannya.
“Sampingan mah suka ngaladen kalau ada yang ngebangun. Tapi sekarang lagi gak ada orderan bangunan. Jadi ya gini aja narik delman. Ya lumayan lah kecil juga terus disyukuri,” kata Ude.
Dia menambahkan dengan usaha sebagai kusir delman bisa menyekolahkan anaknya yang saat ini masih di tingkat kelas lima SD. Kemudian anak kedua saat ini masih berusia dua tahun.
“Ya lumayan lah ada penghasilan jadi kusir delman. Keluarga juga masih bisa bertahan hidup meski dalam kondisi pas-pasan,” pungkasnya.








