Fakta Baru Alasan Eneng Mengakhiri Hidup

Posted on

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Satu per satu fakta mulai terungkap dari kematian tragis siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) berinisial AK (14) di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.

Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sukabumi memastikan bahwa sebelum peristiwa itu terjadi, korban sempat mengalami perselisihan dengan kakak kelasnya.

Kasubbag TU Kemenag Kabupaten Sukabumi, Agus Santosa, mengatakan hasil koordinasi lintas instansi menunjukkan adanya komunikasi yang kurang baik antara korban dan kakak kelasnya.

“Dari sisi surat wasiat, memang ada sedikit perselisihan antara siswa kelas VIII dan IX. Ada pernyataan dari almarhum, kemudian kakak kelas merasa tidak enak. Tapi permasalahan itu sudah diselesaikan oleh guru BK dan tidak sampai pada kekerasan fisik,” ujar Agus kepada wartawan usai pertemuan dengan Forkopimda di Kantor Kemenag Kabupaten Sukabumi, Kamis (30/10/2025).

Pertemuan tersebut dihadiri unsur Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi, Disdik, DP3A, Polres Sukabumi, dan pihak MTsN 3 Sukabumi. Forum itu menjadi ruang evaluasi bersama setelah kematian siswi muda yang sebelumnya ditemukan tewas di rumahnya pada Selasa (28/10/2025) malam.

“Forum ini tidak mencari siapa yang salah dan benar, tapi menjadi evaluasi bersama agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Kita berkolaborasi dengan Forkopimda, DP3A, kepolisian, dan Komisi IV untuk langkah pencegahan dan edukasi terhadap bahasa-bahasa perundungan,” jelas Agus.

Menurutnya, persoalan perundungan kerap dianggap hal lumrah oleh para pelajar, padahal dampaknya bisa menghancurkan kejiwaan anak.

“Ada bahasa-bahasa yang dikira komunikasi biasa, tapi sebenarnya bentuk perundungan verbal. Misalnya menyebut teman dengan kata yang tidak pantas, dianggap bercanda, padahal bisa menyakiti perasaan orang lain,” katanya.

Kemenag Kabupaten Sukabumi bersama DP3A kini mendampingi keluarga korban dan mendorong seluruh satuan pendidikan untuk memperkuat sistem deteksi dini potensi bullying.

“Kami fokus untuk menyelamatkan anak didik dan melindungi mereka. Semua pihak, baik sekolah maupun keluarga, harus lebih peka terhadap perubahan perilaku anak,” tegas Agus.

Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan. Belum ada satu pun pihak yang ditetapkan sebagai tersangka.

“Untuk proses hukumnya, kami serahkan kepada pihak berwenang. Tapi karena yang terlibat masih anak-anak, semuanya mendapatkan pendampingan dari DP3A,” pungkasnya.

Dari rumah korban, polisi menemukan surat tulisan tangan di buku tulis bergaris. Surat itu ditulis campuran bahasa Sunda dan Indonesia, dengan sapaan “eneng” di beberapa bagian. Tulisan tangan korban tampak rapi namun bergetar, seolah ditulis dalam keadaan sangat emosional.

Isi surat itu menyiratkan tekanan psikologis dan rasa lelah akibat perkataan dan sikap teman-temannya.

“Eneng beres di bikin nyeri ku perkataan babaturan di kls ku omongan, sikap. Eneng beres cape, eneng cuman hayang ketenangan,” tulisnya.

Ia bahkan menyinggung keinginan untuk pindah sekolah. “Eneng sayang mmh, bpk, I love you. Sebenerna malin banyak cerita t’h, tapi segitu aja we babay,” tulisnya di bagian akhir halaman pertama.

Pada halaman kedua, korban berulang kali menuliskan kata maaf untuk orang tua, guru, dan teman-temannya.

“Lain alim maafkeun maraneh, ajeng lain dendam tapi ajeng bes berusaha maafkeun karirian tapi naon, maraneh anu sering bikin luka,” tulisnya.

Surat Wasiat dan Tanda-Tanda Lelah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *