Di beberapa sudut dunia, terdapat wilayah-wilayah kecil di mana penduduknya hidup jauh lebih lama dan tetap sehat hingga usia senja. Daerah-daerah istimewa ini dikenal sebagai ‘Blue Zone’ atau zona biru.
Melansir infoHealth, zona biru merupakan tempat di mana rahasia umur panjang bukan berasal dari genetik, tetapi dari gaya hidup dan pola makan yang konsisten selama berabad-abad.
Wilayah yang termasuk dalam Blue Zone antara lain Okinawa di Jepang, Sardinia di Italia, Ikaria di Yunani, Nicoya di Kosta Rika, serta Loma Linda di California, Amerika Serikat. Meskipun terpisah oleh benua dan budaya, kelima daerah ini memiliki kesamaan pola hidup yakni aktivitas fisik alami, komunitas sosial yang erat, dan makanan berbasis tumbuhan yang sederhana.
Peneliti umur panjang Dan Buettner, yang pertama kali memperkenalkan konsep Blue Zone, menemukan bahwa kunci utama umur panjang justru terletak pada makanan yang sederhana, terjangkau, dan mudah ditemukan.
Menurut Buettner, kacang menjadi fondasi utama dalam pola makan seluruh masyarakat Blue Zone. Di Kosta Rika, penduduknya rutin mengonsumsi kacang hitam. Kemudian di Ikaria, mereka memilih lentil. Sementara di Sardinia, masyarakat setempat gemar menyantap kacang fava.
Masing-masing daerah memiliki versinya sendiri, namun semuanya menempatkan kacang sebagai sumber energi utama.
Buettner menjelaskan bahwa mengonsumsi satu cangkir kacang matang setiap hari dapat menambah harapan hidup hingga empat tahun lebih lama.
Kacang bukan sekadar makanan pendamping, tetapi sumber gizi lengkap yang mendukung fungsi vital tubuh. Makanan ini kaya akan karbohidrat kompleks, serat, dan protein nabati. Karbohidrat di dalam kacang dicerna secara perlahan, membantu menjaga kestabilan gula darah dan memberi energi berkelanjutan sepanjang hari.
Serat yang tinggi pada kacang juga memberi nutrisi bagi bakteri baik di usus, meningkatkan pencernaan, dan mengurangi peradangan. Kedua proses ini berperan penting dalam memperlambat penuaan alami tubuh.
Berbeda dengan makanan olahan atau diet tinggi daging, kacang-kacangan melepaskan nutrisi secara bertahap, membantu tubuh tetap seimbang dan tercukupi gizi tanpa menimbulkan lonjakan gula darah atau kolesterol. Kacang juga mengandung folat, magnesium, dan zat besi, unsur penting yang menunjang fungsi jantung dan otak.
Selain itu, protein nabati dari kacang lebih ramah terhadap ginjal dan jantung. Tidak seperti daging merah yang berisiko menimbulkan peradangan, protein nabati menjaga sistem tubuh tetap bersih dan ringan. Dalam jangka panjang, kebiasaan sederhana ini dapat memperpanjang usia tanpa harus mengandalkan suplemen atau metode ekstrem.
Menariknya, bagi masyarakat di Blue Zone, makan kacang bukan hanya soal nutrisi. Aktivitas memasak dan menyantap kacang bersama keluarga atau tetangga menjadi bagian dari budaya sosial yang diwariskan turun-temurun.
Kebersamaan ini menciptakan koneksi emosional yang kuat, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan mental, dua hal yang terbukti memiliki peran besar terhadap umur panjang.
Buettner menyebut bahwa umur panjang tidak hanya berkaitan dengan apa yang dimakan, tetapi juga dengan bagaimana seseorang menjalani hidup, menjaga hubungan sosial, menikmati proses makan, dan mensyukuri kesederhanaan.
Warga di Blue Zone tidak bergantung pada makanan mewah atau suplemen mahal. Mereka hidup dengan prinsip sederhana, memakan makanan alami, padat nutrisi, dan diolah sendiri di rumah.
Kacang-kacangan menjadi simbol keseimbangan antara kesederhanaan, keterjangkauan, dan manfaat besar bagi tubuh. Menambahkannya ke dalam menu harian tidak membutuhkan perubahan drastis, hanya komitmen kecil namun konsisten untuk menjadikan bahan nabati sebagai bagian utama pola makan.
Artikel ini sudah tayang di infoHealth







