Suasana haru dan kebersamaan menyelimuti pemakaman seorang pria bernama Sarmin (51), warga Desa Peusing, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Senin (13/10/2025) malam.
Bukan hanya keluarga dan tetangga yang berjuang melepas kepergian almarhum, tapi juga petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kuningan yang turun tangan membantu proses pemakaman karena bobot jenazah mencapai 200 kilogram.
Proses pemakaman itu berlangsung hingga larut malam. Sejak sore, keluarga dan warga sekitar sudah berupaya memakamkan jenazah, namun mengalami kesulitan karena berat tubuh almarhum yang cukup besar. Setelah musyawarah, pihak keluarga akhirnya meminta bantuan Damkar dan pemakaman dimulai pukul 21.00 WIB.
“Mendapat laporan dari pihak keluarga almarhum bapak S meminta bantuan kepada pemadam kebakaran untuk memandu memasukan jenazah ke liang lahat, dikarenakan almarhum memiliki bobot tubuh besar obesitas kurang lebih 200 kilogram,” ujar Kepala UPT Damkar Kuningan, Andri Arga Kusuma, Selasa (14/10/2025).
Damkar Kuningan mengirimkan tujuh petugas piket Regu 3 dengan satu unit kendaraan operasional ke lokasi. Mereka membawa tali webbing dan sejumlah bambu untuk memudahkan proses penurunan jenazah ke liang lahat. Proses tersebut berlangsung di tengah penerangan seadanya dan dibantu oleh puluhan warga sekitar.
“Kita dapat pelapor dari pemdes. Setelah mereka diskusi dan nggak sanggup. Karena sudah ditaksir berat dua kuintal. Jadi minta dibantu untuk pemakaman warganya yang obesitas. Selang 20 menit dari laporan kita langsung berangkat,” tutur Arga.
Karena lokasi pemakaman tidak bisa dijangkau kendaraan, jenazah yang semula diangkut dengan mobil harus dibawa secara manual sejauh 100 meter. Berat jenazah membuat proses pengangkatan menjadi pekerjaan berat yang membutuhkan koordinasi ketat.
“Kalau proses pemakamannya memang kesulitan waktu pengangkutan jenazah. Meski pakai mobil tapi sampai jalan terakhir yang bisa dilewati oleh mobil. Sisanya dibantu oleh warga. Ngangkatnya itu banyakan. Sekali mengangkat itu ada 15 sampai 20 orang mah ada. Itu pun saling gantian. Lima langkah ganti, lima langkah ganti, karena berat. Sekitar 100 meteran lah jaraknya dari turunnya mobil sampai pemakaman,” tutur Arga.
Untuk menurunkan jenazah ke liang lahat, petugas Damkar dan warga menyusun bambu dan tali di atas makam sebagai tumpuan. Setelah jenazah diletakkan, puluhan warga memegang tali secara serentak agar proses penurunan bisa dilakukan perlahan dan aman.
“Jadi kita di atas liang lahat itu pakai bambu dulu, lalu digelar tali yang kuat sebanyak mungkin. Nah jenazah itu setelah turun dari keranda langsung ke bambu itu. Setelah ditidurkan di situ, nanti dalam hitungan komando bareng, bambunya itu ditarik. Itu yang pegang tali itu banyakan 20 orang mah ada. Karena kalau 10 orang nggak mungkin ketahan. Sedikit demi sedikit diturunkan sampai jenazah ke bawah,” jelasnya.
Sekitar pukul 22.00 WIB, jenazah Sarmin akhirnya berhasil dimakamkan dengan layak. Meski sederhana, proses itu berlangsung penuh kehati-hatian dan gotong royong.
Kisah solidaritas warga Peusing ini diungkap Peri (42), Kaur Umum Desa Peusing, yang turut membantu proses pemakaman. Ia menceritakan, ide untuk meminta bantuan Damkar muncul setelah salah satu warga melihat video serupa di YouTube.
“Kebetulan kan warga kami menderita obesitas, beratnya kurang lebih 200 kilogram. Sakitnya sudah lama. Meninggalnya pas azan Magrib jam 6-an. Jadi saya rundingan sama teman-teman bagaimana baiknya. Gimana cara mengangkatnya. Pas itu ada temen saya lihat di Youtube, bagaimana caranya. Ternyata pas lihat di YouTube ada tim damkar. Kita rundingan sama temen-temen. Nah kita coba dulu sama Tim Damkar apakah bisa. Pas itu langsung telepon damkar. Alhamdulillah langsung merapat lengkap dengan peralatan,” tutur Peri.
Malam itu, puluhan warga datang membantu. Meski gelap dan sempat gerimis, mereka tetap bertahan hingga proses pemakaman selesai.
“Kalau tim damkar sendiri juga nggak bakal kuat. Jadi kita saling melengkapi saja. Bantu-bantu semua warga. Alhamdulillah warga antusias dan kompak berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Meski malam-malam juga pada hadir. Mulai proses pemakaman itu setelah magrib selesai sekitar jam 10 malam. Alhamdulillah setelah selesai pemakaman baru hujan,” ujar Peri.
Sementara Kepala Dusun Pon, Aam, yang juga tetangga almarhum, menyebut permintaan bantuan kepada Damkar dilakukan demi keamanan dan kelancaran.
“Melihat kondisi jenazah yang memiliki bobot lebih dari 200 kilogram. Kita belum ada pengalaman untuk proses pemakaman yang bobotnya lumayan. Karena kami juga tidak mau mengambil resiko ketika pemakaman terjadi sesuatu yang nantinya bisa mengakibatkan hal yang tidak diinginkan. Makanya kami bersama masyarakat Desa Peusing bersepakat untuk meminta bantuan Damkar Kuningan. Dan alhamdulillah responnya cepat,” tutur Aam.
Ia menjelaskan, seluruh proses pemulasaraan dilakukan bersama-sama, mulai dari memandikan, mengkafani, hingga memakamkan jenazah.
“Proses pemandian dan mengkafani kan agak lumayan sulit. Makanya masyarakat juga ikut untuk mengkafani. Kalau dihitung itu ada 50 orang lebih yang membantu. Alhamdulillah warga kami kompak dan gotong royong. Karena kalau disebut sama orang Sunda mah Papait atau bela sungkawa. Jadi kalau ada yang meninggal, kecelakaan atau terkena musibah itu disebutnya Papait. Kalau ada yang hajatan disebut Mamanis,” tutur Aam.