Langit malam di wilayah Cirebon, Jawa Barat, Minggu (5/10/2025) mendadak berubah menjadi tontonan menegangkan. Sekitar pukul 18.35 hingga 19.00 WIB, warga di beberapa kecamatan mendengar suara dentuman keras yang menggetarkan rumah. Tak lama sebelumnya, cahaya terang menyerupai bola api melintas cepat di langit menuju arah timur.
Fenomena itu sontak menghebohkan warga di Cirebon, Kuningan, hingga Majalengka. Video dan foto yang diunggah di media sosial memperlihatkan sorotan cahaya hijau kemerahan yang kemudian hilang di balik cakrawala, diikuti suara menggelegar yang membuat banyak orang keluar rumah.
Di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, sejumlah warga sempat mengira suara keras tersebut berasal dari ledakan ban kendaraan besar di jalan tol. Namun, setelah melihat unggahan video warga lain, banyak yang menyadari bahwa sumbernya bukan dari darat.
“Bener tadi ada suara kenceng pisan sampai pintu rumah bergetar. Awalnya saya kira ban truk pecah, ternyata katanya ada bola api jatuh di Lemahabang,” ujar Wamad, warga Mundu, kepada infoJabar.
Tim BPBD Cirebon yang mendapat laporan langsung berkoordinasi dengan BMKG untuk memastikan sumber getaran. Hasil sementara menunjukkan adanya sinyal getaran di seismograf, namun tak berkaitan dengan pergerakan lempeng bumi.
Fenomena serupa juga terlihat di wilayah Majalengka, tepatnya di Desa Padaherang, Kecamatan Sindangwangi. Sejumlah warga menyebut melihat cahaya besar berwarna hijau kemerahan melesat cepat ke arah timur sebelum terdengar dentuman.
“Cahaya itu sangat singkat sekali. Hitungan info saja. Lalu terdengar (melintas) sekitar (pukul) 18.45 WIB dengan suara dentuman yang begitu keras,” kata Aceng Kurniawan, warga setempat.
Dentuman itu bahkan menimbulkan getaran yang membuat kaca rumah bergetar. Warga sempat mengira sedang terjadi gempa bumi. “Di rumah kaca itu bergetar. Dikira awalnya gempa,” ujarnya.
“Iya, dentuman. Dentuman dulu baru bergetar. Ya dikiranya itu, dikiranya ada gempa. Terus ada yang sebagian itu (mengiranya) petir gitu. Masa petir nggak ada hujan, terang bulan ada petir gitu,” sambungnya.
Berdasarkan arah lintasan yang dilihat warga, bola api tersebut tampak menuju ke arah timur, diduga ke wilayah Kuningan atau bahkan perairan Cirebon.
Seiring ramainya laporan di media sosial, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaludin, akhirnya memberikan penjelasan. Berdasarkan analisis kesaksian warga dan sejumlah rekaman CCTV, fenomena itu merupakan meteor berukuran besar yang memasuki atmosfer bumi dari arah barat daya.
“Berdasarkan analisis awal dari kesaksian warga serta rekaman CCTV yang menunjukkan cahaya melintas sekitar pukul 18.35 WIB, disimpulkan bahwa objek itu adalah meteor yang memasuki atmosfer dari arah barat daya,” jelasnya.
BMKG juga mencatat adanya gelombang kejut pada pukul 18.39 WIB di beberapa titik, seiring dengan waktu dentuman terdengar oleh warga. Fenomena semacam ini, menurut Thomas, tergolong alamiah dan tidak menimbulkan bahaya langsung.
“Peristiwa seperti ini merupakan fenomena alam biasa, meski ukurannya cukup besar sehingga menimbulkan cahaya terang dan dentuman. Publik tidak perlu khawatir,” kata Thomas.
Ia menambahkan, setelah menimbulkan cahaya dan dentuman, meteor diperkirakan jatuh di Laut Jawa. Meski tergolong jarang terjadi di Indonesia, fenomena ini tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat.
BMKG Kertajati memastikan fenomena itu tidak terkait dengan kondisi cuaca. Berdasarkan data citra satelit pada waktu kejadian, langit dalam kondisi cerah berawan tanpa adanya petir, awan konvektif, atau potensi badai lokal.
“Fenomena yang berkaitan dengan meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan BRIN. BMKG hanya memastikan dari sisi meteorologi, sementara semua indikator cuaca normal,” kata Ketua Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad.
Menurut hasil pemantauan BMKG, tidak ada aktivitas meteorologis yang terdeteksi pada waktu kejadian. Kondisi cuaca berdasarkan citra satelit juga menunjukkan langit cerah berawan, tanpa adanya indikasi sambaran petir atau pembentukan awan konvektif yang biasanya bisa menimbulkan suara ledakan.
Syifaul menjelaskan, suara dentuman serupa juga bisa disebabkan oleh fenomena lain, seperti gempa atau longsoran besar. Namun hingga saat ini, tidak ada data seismik maupun laporan aktivitas tanah yang terekam di wilayah Cirebon.
“Dari sisi meteorologi, semua kondisi normal. Karena itu, kemungkinan lain di luar faktor cuaca perlu ditelusuri lebih lanjut,” jelasnya.
Meski demikian, BMKG mengakui tidak memiliki instrumen khusus untuk mendeteksi pergerakan meteor. Oleh karena itu, dugaan mengenai benda langit akan menjadi ranah BRIN untuk dianalisis lebih lanjut.
Sementara itu, Stasiun Geofisika Bandung melaporkan adanya satu sinyal getaran lemah yang terekam pada waktu kejadian. Namun sinyal tersebut belum dapat dipastikan sumber maupun skalanya.