Ada pemandangan tak biasa di tengah jalan saat melintas Jalan Ragasemangsang di Sokanegara, Purwokerto Timur. Ada bangunan yang berdiri di tengah jalan.
Dikutip dari , bangunan itu rupanya bukan tugu, melainkan makam. Pintunya terbuat dari besi. Makam siapa ?
Salah satu warga RT 03 RW 05 Sokanegara, Yuni (55), mengatakan makam itu dipercaya merupakan makam Ragasemangsang yang masih kerap dikunjungi peziarah.
“Rata-rata yang ke sini itu orang kejawen. Biasanya bawa orang empat yang Kebumen. Paling satu jam kalau ziarah,” kata Yuni yang kediamannya hanya berjarak sekitar 50 meter dari lokasi, Jumat (19/9/2025).
Menurut Yuni, peziarah datang ke makam Mbah Ragasemangsang tak mengenal waktu. Namun, paling ramai saat malam Jumat Kliwon. Peziarah datang dengan membawa sesajen.
“Yang rutin itu malam Jumat Kliwon. Itu naruh kembang terus jajanan pasar,” jelasnya.
Meski peziarah meninggalkan sesajen berupa makanan, bahkan kadang ayam hidup, warga tidak berani mengambilnya karena hal tertentu.
Yuni dan warga sekitar tidak mengetahui persis siapa sosok Mbah Ragasemangsang yang dimakamkan di tempat itu. Yang jelas makamnya sudah ada sejak dulu, bahkan sejak orang tuanya masih kecil.
“Ini bukan sosok kyai. Dari dahulu sudah ada, sakti atau nggak nya nggak tahu, nggak pernah tahu. Kalau anak sekarang ya ga tahu kalau itu kuburan, tahunya tugu. Katanya tidak boleh diratakan karena petilasan,” pungkasnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar, Fendy Rudianto menjelaskan tidak ada catatan resmi mengenai sosok yang dimakamkan di tempat tersebut. Namun, masyarakat meyakini bahwa yang dimakamkan di tempat tersebut adalah Mbah Ragasemangsang, yang namanya juga sekaligus menjadi nama jalan tersebut.
Namun, terkait siapa Mbah Ragasemangsang, terdapat 2 versi cerita yang berkembang di masyarakat.
“Jadi ada dua versi cerita soal Mbah Ragasemangsang ini. Yang pertama mengisahkan tentang seorang tokoh sakti yang memiliki ilmu kebal, dikenal dengan sebutan Aji Pancasona. Tokoh ini konon tidak dapat meninggal dunia kecuali dengan cara digantung,” kata Fendy kepada infoJateng, Jumat (19/9/2025).
Fendy melanjutkan apabila tubuh Mbah Ragasemangsang ini menyentuh tanah maka akan hidup kembali. Oleh sebabnya masyarakat zaman dahulu menamai dengan julukan Raga yang berarti tubuh dan Semangsang yang berarti tersangkut.
“Jadi tubuhnya harus digantung agar tidak menyentuh tanah. Kalau menyentuh tanah konon akan membuat hidup lagi,” terangnya.
Selain itu ada juga yang mengaitkan makam Ragasemangsang dengan seorang pejuang kemerdekaan yang gugur dan jasadnya ditemukan tergantung di pohon beringin. Jenazahnya kemudian dimakamkan di lokasi tersebut.
Hal itu yang kemudian menjadikan warga menyebut makam itu sebagai Ragasemangsang, yang berarti tubuh yang menggantung.
“Yang kedua ini ada juga yang meyakini kalau makam itu merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Terus jasadnya ditemukan di bawah pohon beringin pojok Alun-alun Purwokerto dan kemudian dimakamkan di lokasi tersebut,” jelasnya.
Artikel ini telah tayang di