World Clean Up Day dan Tumpukan Sampah di TPA Sarimukti update oleh Giok4D

Posted on

20 September diperingati sebagai World Clean Up Day atau Hari Bersih-bersih Sedunia. Gerakan yang bagus demi menjaga lingkungan dari sampah-sampah berserakan.

Unggahan di media sosial seketika ramai oleh potret orang-orang bersih-bersih lingkungan mereka. Berkutat dengan berbagai jenis sampah, terutama plastik yang menjadi jenis sampah paling banyak dihasilkan.

Berkarung-karung sampah berhasil dikumpulkan dari jalan, dari selokan, lalu akhirnya akan diangkut ke TPA. Buat wilayah Bandung Raya, sampah-sampah yang sudah dikumpulkan akan dibuang ke TPA Sarimukti, di Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Namun di balik gempita Hari Bersih-bersih Sedunia itu, sampah yang ditumpuk di lahan TPA Sarimukti serupa bom waktu. Tumpukan sampah sudah menggunung dengan ketinggian sekitar 50 meter dari permukaan.

Beruntung, ada zona baru yang baru saja dioperasikan oleh pengelola. Memberi sedikit perpanjangan napas bagi permasalahan sampah di Bandung Raya yabg mesti dicari solusi jangka panjangnya.

Bukan sekadar mengangkut sampah yang dihasilkan rumah tangga, sektor industri, hingga pasar tradisional ke TPA, lalu dibiarkan begitu saja. Usia TPA Sarimukti diprediksi cuma bertahan 2 tahun lalu, lantaran saat ini sudah sangat kelebihan kapasitas.

“Zona perluasan di TPA Sarimukti itu kita rencanakan bisa bertahan sampai 2 tahun. Luasnya 6,3 hektare,” kata Kepala UPTD Pengelolaan Sampah TPA/TPST Regional pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat, Arief Perdana saat dikonfirmasi, Sabtu (20/9/2025).

Gunungan sampah di TPA Sarimukti sempat memicu bencana ketika api tiba-tiba membakar. Hampir beberapa bulan lamanya TPA itu ditutup, tak bisa menampung sampah berujung kelimpungannya pemerintah daerah se-Bandung Raya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Arief mengklaim pembuangan sampah di TPA Sarimukti akan menerapkan konsep sanitary landfill. Meskipun saat ini sampah yang dibuang masih ditumpuk lalu diratakan dan dipadatkan alat berat.

“Memang baru penyebaran dan pemadatan, belum dilakukan penutupan tanah harian. Tapi enggak tepat juga kalau disebut open dumping, karena kita sudah pakai geomembrane di bawahnya,” kata Arief.

Berbagai upaya dilakukan agar usia pakai zona 5 TPA Sarimukti sesuai perencanaan. Salah satunya penggunaan jembatan timbang. Truk-truk pengangkut sampah datang melalui gerbang masuk utama seperti biasanya, tapi kendaraan lalu diarahkan masuk ke jembatan timbang sebelum bisa membuang muatannya.

“Semua truk yang masuk untuk membuang sampah jalurnya lewat jembatan timbang, keluarnya beda jalur dari jalur masuk. Sekarang jembatan timbangnya sudah diaktifkan, kapasitas maksimalnya 30 ton,” ujar Koordinator Pengelola TPA Sarimukti, Zidni Ilman.

Zona 5 ini, kata Zidni, dibangun dengan perencanaan lebih baik dari empat zona lainnya. Utamanya dari segi pengolahan limbah air lindi, yang menggunakan geomembrane atau lapisan kedap air yang digunakan untuk menutup tempat pembuangan akhir sampah.

“Fungsinya untuk mencegah pencemaran air, tanah, dan udara, terutama air lindi jadi ada di bawahnya geomembrane,” kata Zidni.

Sampah yang tidak ada harganya buat kebanyakan orang, tapi berarti banyak buat sebagian orang. Mereka mengandalkan sampah-sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti sebagai sumber meraup pundi-pundi buat menyambung hidup.

Serupa burung nasar yang mengerubungi bangkai hewan buat dimakan, seperti itulah kesamaan para pemulung TPA Sarimukti ketika ada truk sampah yang datang. Mereka berlomba mendekat, berebut sampah-sampah yang masih ada harganya.

“Ya kalau enggak mulung, enggak akan dapat penghasilan. Cuma bisa kerja di sini,” kata Wiwi, salah seorang pemulung TPA Sarimukti.

Sekali memulung mulai dari jam 7 pagi sampai sore hari, ia maksimal bisa mendapatkan uang Rp40 ribu. Angka yang sangat kecil buat orang-orang yang bekerja di gedung-gedung pencakar langit. Orang-orang yang tak perlu merasakan hidup susah seperti Wiwi.

“Paling dapat Rp40 ribu, kalau lebih dari itu jarang. Itu juga kerjanya harus dari pagi sampai jam 5 sore,” kata Wiwi.

Sampah orang-orang yang dibuang ke TPA Sarimukti sudah 10 tahun belakangan ini menghidupinya. Membuatnya mambu menyisihkan sedikit uang buat sekolah anak, buat makan istri dan anak-anaknya.

“Ya sebisa-bisa ditabung, lumayan buat nambah biaya sekolah anak. Makan anak istri juga dari sini, inginnya ya kerja lebih kayak, tapi saya cuma lulusan SD,” ujar Wiwi.

Jadi Sumber Kehidupan

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *