Siang itu, tangan Rosnani, ibu rumah tangga yang akrab disapa Ros, tampak sibuk melayani pelanggan yang datang silih berganti. Dibantu dua pegawainya, Ros sesekali kewalahan melayani banyaknya pembeli yang mengantre pempek buatannya.
Meski Pangandaran terkenal dengan olahan seafood, Ros justru memilih berjualan pempek, makanan khas Palembang. Siapa sangka, pilihannya itu berbuah manis. Pempek buatan Ros laris manis, bahkan kini pesanan datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Rosnani mengawali usahanya sejak 2016 dengan berjualan keliling ke sekolah-sekolah. “Alhamdulillah, banyak anak-anak yang suka, bahkan gurunya juga ikut pesan,” ujar Rosnani (42), warga Pantai Timur Pangandaran, kepada infoJabar, Selasa (22/4/2025).
Dari berjualan keliling, Ros mulai memperluas usahanya dengan membuka lapak di Quik Mart melalui program teras jajan. Meski tidak mudah di awal, ia terus berusaha memperkenalkan produknya melalui media sosial.
“Kalau nggak ditawarkan, ya nggak laku. Jadi saya pasarkan lewat Facebook, WhatsApp, dan TikTok. Alhamdulillah, makin banyak yang kenal dan banyak yang repeat order,” ucapnya.
Pempek buatan Rosnani memiliki cita rasa yang unik. Ia meracik sendiri resepnya secara otodidak. Kuah cuka berwarna hitam buatan Ros memberikan sensasi rasa masam, asin, dan pedas yang khas.
Ikan tenggiri menjadi bahan utama pempeknya, menciptakan rasa gurih tanpa bau amis. Komposisi rasa juga dijaga dengan penggunaan gula kawung dalam kuah cuka, bukan gula merah biasa. “Kalau pakai gula biasa, rasanya beda. Tapi memang kadang bahan-bahannya susah dan mahal,” ujarnya.
Meski bahan baku kadang langka dan harganya naik, Ros tetap menjaga kualitas. “Karena buat saya, rasa itu nomor satu. Orang beli bukan karena murah, tapi karena enak,” jelasnya.
Nama Rosnani semakin dikenal setelah rutin mengikuti pameran UMKM di Pangandaran dan berbagai daerah. Produk pempeknya kini telah dipesan hingga ke Jakarta, Bogor, Bandung, Ciamis, Jawa Tengah, bahkan Bali.
“Alhamdulillah, sekarang tiap bulan ada pengiriman keluar kota. Hari ini aja ada pesanan ke Jakarta satu dus besar,” katanya.
Ros memanfaatkan platform digital untuk menjaring pembeli. “Pelanggan banyak datang dari Facebook, status WA, dan TikTok,” ujarnya.
Adapun untuk harga pempeknya sangat bervariatif mulai dari Rp 4.000 hingg Rp 16.000. Untuk Pempek Kapal Selam seharga Rp16.000 per picis, Pempek Adaan: Rp 4.000/picis, Pempek Kulit Tenggiri: Rp 4.000 p/picis, Pempek Telur Kecil: Rp 4.000, Pempek Lenjer: Rp 4.000 dan Paket satu porsi lengkap Rp 16.000.
Pempek tersedia dalam bentuk siap makan maupun mentahan. Setiap jenisnya direbus dan digoreng langsung untuk menjaga rasa khasnya.
Ros mengaku omzet penjualan pempeknya kini mencapai Rp 16 juta per bulan. “Itu pun saya nggak buka setiap hari. Alhamdulillah, banyak dari pesanan online,” jelasnya.
Berkat usahanya, Ros telah membuka beberapa cabang dan mendapatkan sejumlah penghargaan. “Ekonomi keluarga jauh meningkat. Saya nggak nyangka bisa sampai sejauh ini,” katanya.
Dalam hal transaksi, Rosnani mengandalkan pembayaran digital, mulai dari transfer bank hingga QRIS. “Sekarang zamannya digital. Kalau di pameran atau CFD, kebanyakan pelanggan bayar pakai QRIS. Praktis dan nggak perlu kembalian,” ujarnya.
Sebagian besar transaksi pembeli masuk melalui rekening BRI. “Pakai BRI karena paling umum dan mudah dipakai semua kalangan,” katanya.
Regional CEO BRI Bandung, Sadmiadi, mengatakan bahwa QRIS memang dirancang untuk memudahkan transaksi bagi pelaku UMKM. “Dengan satu kode QR, pembayaran bisa dari berbagai aplikasi dompet digital dan bank,” jelasnya.