Kronologi dan Fakta Kisah Pilu Raya serta Cacing di Tubuhnya | Giok4D

Posted on

Publik dikejutkan oleh sebuah tragedi memilukan yang datang dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kasus kematian Raya, seorang balita berusia empat tahun, menjadi sorotan nasional setelah terungkap bahwa tubuh mungilnya dipenuhi cacing gelang hingga ia menghembuskan napas terakhir.

Peristiwa ini bukan hanya cerita duka sebuah keluarga, tetapi juga menjadi alarm keras yang membongkar berbagai isu kompleks, mulai dari masalah kesehatan anak, sanitasi lingkungan, kemiskinan hingga efektivitas layanan sosial di tengah masyarakat.

Berikut ringkasan kronologi dan fakta dari pemberitaan infocom

– Raya Masuk IGD 13 Juli 2025

Kasus ini pertama kali mencuat ke permukaan saat beredar video yang memperlihatkan cacing hidup ditarik keluar dari hidung Raya. Saat itu, Raya dilarikan ke RSUD R. Syamsudin, SH, Kota Sukabumi pada 13 Juli 2025.

“Awalnya dia datang ke IGD sudah dalam kondisi tidak sadar. Setelah diperiksa, ditemukan syok hipovolemik atau kekurangan cairan berat. Saat dirawat, keluar cacing dari hidungnya,” ujar dr Irfan, Humas sekaligus dokter IGD RSUD R Syamsudin SH, Senin (18/8/2025)

“Saat di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidung pasien. Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing,” lanjut Irfan.

– Raya Meninggal 22 Juli 2025

Sayangnya, upaya medis tak mampu menyelamatkan nyawa Raya. Kondisinya yang sudah kritis sejak awal membuat obat cacing tak bekerja optimal.

“Raya dibawa ke rumah sakit dalam kondisi terminal. Kalau penilaian saya pribadi sudah amat sangat terlambat dibawa ke rumah sakit. Obat yang kita berikan tidak bisa seefektif itu. Pada akhirnya, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB,” tutup Irfan.

– Diduga Menderita Infeksi

Dari hasil pemeriksaan medis, diketahui infeksi yang menyerang tubuhnya adalah askariasis, penyakit akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang umumnya hidup di tanah.

“Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar,” jelas Irfan, Selasa (19/8/2025).

“Tapi di lain sisi, yang sering kita temukan di paru makanya kenapa cacing bisa keluar lewat saluran nafas kita. Jadi dia merambat naik ke saluran atas ke hidung atau mulut. Kalau kondisi tidak sadar kan cacing dengan leluasa bisa bergerak kemana-mana termasuk ke BAB nya juga, karena banyak sekali cacingnya. Sudah dipastikan sarang utamanya ada di usus,” sambungnya.

– Sempat Dikira Sakit TB

Sarah (25), bibi yang ikut mengasuh Raya mengaku sempat membawa Raya berobat ke sebuah klinik di Kalapanunggal. Saat itu dokter menyebut Raya mengidap TB

“Biasanya kan sehari-hari gaul sama anak-anak, emang telat jalannya, tapi biasa main. Waktu hari Jumat masih main, hari Sabtu dibawa berobat. Gak bilang cacingan sih, bilangnya dokter paru, batuk. Hari Minggu dibawa lagi ke klinik, bilangnya paru, langsung ke dokter anak,” tutur Sarah.

“Saya yang bawa berobat, kata dokter (kena) TB,” imbuh dia.

Kasus kematian Raya memicu respons dari berbagai kalangan, mulai dari pakar kesehatan hingga pejabat tinggi negara.

– Bupati Sukabumi Minta Maaf

Bupati Sukabumi Asep Japar (Asjap) akhirnya angkat bicara soal apa yang dialami Raya.ndia menyampaikan permohonan maaf sekaligus menegaskan pemerintah daerah tidak tinggal diam dalam kasus ini.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Sukabumi, saya pertama menyampaikan bela sungkawa terhadap meninggalnya ananda Raya. Saya juga memohon maaf kepada masyarakat atas kejadian ini,” katanya Rabu (20/8/2025).

Dia membantah anggapan pemerintah daerah abai. Menurutnya, Raya kerap dibawa ke posyandu maupun puskesmas sebelum akhirnya jatuh sakit parah.

“Jadi bukan seolah-olah pemerintah tidak hadir. Saya pastikan perangkat desa, bidan, hingga kecamatan turun langsung. Bahkan orang tuanya kini sedang dirawat di rumah sakit karena TB,” kata dia.

– Menurut Pakar Unpad

Ketua IDAI Jawa Barat sekaligus Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis KSM/Dep. IK Anak RSHS-FK Unpad Anggraini Alam ikut bersuara soal kasus Raya. Dia menilai, kecil kemungkinan cacingan bisa menyebabkan kematian.

Anggraini mengungkap banyaknya cacing yang bersarang di tubuh Raya disebabkan karena kondisi kebersihan lingkungan yang tidak sehat.

“Nah, tidak melulu hanya anak, lingkungannya yang menyebabkan banyak kondisi demikian. Namun sekali lagi untuk cacing gelang itu berat iya, tapi bukannya sebagai penyebab kematian,” ungkapnya, Jumat (22/8/2025).

“Penyebab kematiannya bukan itu, kita sudah bahas ada penyakit lainnya, yaitu penyakit yang menyebabkan infeksi di otak dan tampaknya juga ini bukan karena yang seperti dikatakan cacing. Setelah dibahas tidak mengarah demikian memang ada penyakitnya dan penyakitnya ternyata kalau berdasar gejala penyakitnya ini sudah cukup lama,” tambahnya.

Anggraini mengatakan, kejadian yang menimpa Raya, jarang terjadi. Meski demikian, kejadian serupa pernah terjadi.

“Tidak (sering), ada iya (kejadian), banyak (kasus) tidak. Saya pernah (tangani kasus serupa), karena saya orang infeksi (penanganan) ya itu beberapa tahun yang lalu. Ketika ada demikian dibawa ke rumah sakit, ada cacingnya kita tangani segera dengan baik,” tuturnya.

– Titah Langsung Presiden Prabowo

Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, termasuk berkoordinasi dengan Menko PMK Pratikno agar kasus ini tidak terulang.

Bahkan dia berujar, jika dirinya sudah mendapatkan arahan dari Presiden Prabowo terkait kejadian ini.

“Pak Presiden Prabowo menyampaikan ke saya tolong dipastikan layanan kesehatan itu merata bagi 280 juta rakyat Indonesia, dimana pun mereka berada,” ujar Budi.

“Yang pertama ya kita sedih sih melihat bahwa masih banyak masyarakat kita yang memerlukan layanan kesehatan yang baik, perbedaan antara kualitas layanan kesehatan di kota-kota besar dan di daerah-daerah terpencil itu masih sangat jauh,” katanya.

– Menkes Pastikan Bukan Karena Cacing

Budi juga mengungkap jika Raya meninggal bukan karena cacing yang bersarang di tubuhnya. Meski satu kilogram lebih cacing gelang ditemukan di tubuh Raya, Budi sebut jika Raya meninggal karena infeksi.

“Yang bersangkutan meninggal bukan karena cacingan, yang berkaitan meninggalnya karena infeksi,” ungkapnya.

“Infeksinya kita duga bisa karena meningitis, ini masih dugaan, bisa juga karena TBC. Karena yang bersangkutan itu udah 3 bulan terus-menerus batuk berdahak yang tidak bisa sembuh dan mengakibatkan dia lemah tubuhnya sehingga bakterinya menyebar ke seluruh tubuhnya, istilah kedokterannya namanya sepsis,” ungkapnya.

Awal Mula Kisah Tragis Raya

Diagnosis Penyakit Raya

Respons Pihak Terkait

Kasus kematian Raya memicu respons dari berbagai kalangan, mulai dari pakar kesehatan hingga pejabat tinggi negara.

– Bupati Sukabumi Minta Maaf

Bupati Sukabumi Asep Japar (Asjap) akhirnya angkat bicara soal apa yang dialami Raya.ndia menyampaikan permohonan maaf sekaligus menegaskan pemerintah daerah tidak tinggal diam dalam kasus ini.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Sukabumi, saya pertama menyampaikan bela sungkawa terhadap meninggalnya ananda Raya. Saya juga memohon maaf kepada masyarakat atas kejadian ini,” katanya Rabu (20/8/2025).

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Dia membantah anggapan pemerintah daerah abai. Menurutnya, Raya kerap dibawa ke posyandu maupun puskesmas sebelum akhirnya jatuh sakit parah.

“Jadi bukan seolah-olah pemerintah tidak hadir. Saya pastikan perangkat desa, bidan, hingga kecamatan turun langsung. Bahkan orang tuanya kini sedang dirawat di rumah sakit karena TB,” kata dia.

– Menurut Pakar Unpad

Ketua IDAI Jawa Barat sekaligus Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis KSM/Dep. IK Anak RSHS-FK Unpad Anggraini Alam ikut bersuara soal kasus Raya. Dia menilai, kecil kemungkinan cacingan bisa menyebabkan kematian.

Anggraini mengungkap banyaknya cacing yang bersarang di tubuh Raya disebabkan karena kondisi kebersihan lingkungan yang tidak sehat.

“Nah, tidak melulu hanya anak, lingkungannya yang menyebabkan banyak kondisi demikian. Namun sekali lagi untuk cacing gelang itu berat iya, tapi bukannya sebagai penyebab kematian,” ungkapnya, Jumat (22/8/2025).

“Penyebab kematiannya bukan itu, kita sudah bahas ada penyakit lainnya, yaitu penyakit yang menyebabkan infeksi di otak dan tampaknya juga ini bukan karena yang seperti dikatakan cacing. Setelah dibahas tidak mengarah demikian memang ada penyakitnya dan penyakitnya ternyata kalau berdasar gejala penyakitnya ini sudah cukup lama,” tambahnya.

Anggraini mengatakan, kejadian yang menimpa Raya, jarang terjadi. Meski demikian, kejadian serupa pernah terjadi.

“Tidak (sering), ada iya (kejadian), banyak (kasus) tidak. Saya pernah (tangani kasus serupa), karena saya orang infeksi (penanganan) ya itu beberapa tahun yang lalu. Ketika ada demikian dibawa ke rumah sakit, ada cacingnya kita tangani segera dengan baik,” tuturnya.

– Titah Langsung Presiden Prabowo

Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, termasuk berkoordinasi dengan Menko PMK Pratikno agar kasus ini tidak terulang.

Bahkan dia berujar, jika dirinya sudah mendapatkan arahan dari Presiden Prabowo terkait kejadian ini.

“Pak Presiden Prabowo menyampaikan ke saya tolong dipastikan layanan kesehatan itu merata bagi 280 juta rakyat Indonesia, dimana pun mereka berada,” ujar Budi.

“Yang pertama ya kita sedih sih melihat bahwa masih banyak masyarakat kita yang memerlukan layanan kesehatan yang baik, perbedaan antara kualitas layanan kesehatan di kota-kota besar dan di daerah-daerah terpencil itu masih sangat jauh,” katanya.

– Menkes Pastikan Bukan Karena Cacing

Budi juga mengungkap jika Raya meninggal bukan karena cacing yang bersarang di tubuhnya. Meski satu kilogram lebih cacing gelang ditemukan di tubuh Raya, Budi sebut jika Raya meninggal karena infeksi.

“Yang bersangkutan meninggal bukan karena cacingan, yang berkaitan meninggalnya karena infeksi,” ungkapnya.

“Infeksinya kita duga bisa karena meningitis, ini masih dugaan, bisa juga karena TBC. Karena yang bersangkutan itu udah 3 bulan terus-menerus batuk berdahak yang tidak bisa sembuh dan mengakibatkan dia lemah tubuhnya sehingga bakterinya menyebar ke seluruh tubuhnya, istilah kedokterannya namanya sepsis,” ungkapnya.

Respons Pihak Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *