Populasi kucing liar di Kota Bandung terus bertambah. Pengamat bahkan menilai populasi kucing yang tidak terkontrol bisa memicu permasalahan sosial di masyarakat.
Hal itu diungkapkan Peneliti Komunikasi Lingkungan yang juga Dosen Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran, Dr. Herlina Agustin, S.Sos., M.T. Bagi Herlina banyak permasalahan yang ditimbulkan kucing liar dan Herlina juga mengungkap mengapa populasi kucing liar kian hari kian meningkat.
“Ini bukan hasil riset, tapi hasil observasi saja. Pertama, kenapa overpopulasi karena kucing-kucing sekarang, sebenarnya ini kucing feral, kucing domestik yang diliarkan, pada saat dia makan makanan yang sudah di pax atau yang dibeli di pet shop itu proteinnya tinggi, vitaminnya banyak, jadi relatif lebih subur, baik bagi betina atau jantan subur juga karena makanannya bergizi,” kata Herlina kepada infoJabar, Rabu (23/4/2025).
Herlina juga menilai, mengapa kucing liar tumbuh dengan subur karena tidak ada sterilisasi. Akibatnya semakin banyak populasi kucing di wilayah permukiman warga.
“Sterilisasi itu penting untuk mengurangi penyebaran kucing-kucing feral yang ada di Kota Bandung,” tuturnya.
Disamping biaya sterilisasi kucing cukup lumayan, menurut Herlina, banyak pandangan terkait sterilisasi kucing dan hal itu menjadi pro dan kontra.
“Ada beberapa pandangan, orang-orang yang berpendapat bahwa kucing adalah makhluk yang perlu disayang, mau bertuan, mau tidak, dia harus disayang, mendapatkan hak yang sama walaupun memberi makan dipinggir jalan,” ungkapnya.
“Kemudian, ada pandangan berpendapat bahwa kucing tidak usah banyak-banyak harus disterilisasi, itu untuk mencegah penyakit zoonosis dan sebagainya,” tambahnya.
Herlina menyebutkan, ada juga pecinta kucing beranggapan untuk tifak mensterilisasi kucing karena melanggar hak asasi kucing.
“Lalu, ada pandangan jangan disterilisasi nanti kita melanggar hak asasi kucing untuk berkembang biak. Padahal, salah satu dia berkembang biak karena tingginya tingkat kesuburan akibat pakan dari pabrikan,” tuturnya.
Di samping banyaknya pro dan kontra terkait sterilisasi ini, Herlina mengatakan jika saat ini sudah banyak masyarakat yang melek dan mau melakukan sterilisasi.
“Sudah banyak sekarang pemilik yang sadar bahwa harus mensteril kucing, saya juga punya kucing sama disteril, saya enggak mau kucing itu beranak pinak dan menjadi masalah secara kesehatan dan tidak terurus. Steril penting dilakukan bukan karena kita tidak sayang kucing, justru kita sayang kucingnya,” jelasnya.
Mengapa populasi kucing liar harus dikontrol, Herlina beranggapan jika kucing yang tidak terurus kesehatannya bisa menimbulkan dampak negatif salah satunya bisa menularkan penyakit.
“Ada kutu kucing bisa gatal-gatal ke orang, bulunya bisa bikin toxoplasma, terus kalau kucing liar main sama satwa liar yang terinfeksi rabies dia juga bisa terinfeksi juga.” katanya.
Selain bisa menularkan penyakit, kucing juga bisa tertular penyakit oleh hewan lainnya.
“Kucing-kucing karena dia farel, bermain kemana saja, dia bisa bertemu hewan apa saja, termasuk sama monyet, isa jadi monyet yang masuk ke pemukiman dia bawa penyakit zoonosis atau rabies, nah kena ke kucingnya dan kucingnya bisa tularkan ke orang atau gigit orang kalau sudah kena rabies,” tuturnya.
Disinggung solusi apa yang harus dilakukan agar populasi kucing ini tidak terus meningkat, Herlina mengatakan, pemberian makanan instan kepada kucing harus dibatasi.
“Pencegahan kalau bisa jangan kasih makanan pabrikan, kalau punya keluangan waktu dan dana bisa bawa kucing liar ke dokter hewan untuk disteril,” paparnya.
Dampak negatif lainnya yang kerap ditimbulkan kucing liar yakni masalah lingkungan dan kebersihan.
“Dampak lain, buang air sembarangan, cari makanan di tempat sampah menimbulkan kekotoran, ketidakrapihan, bau di mana-mana, makin banyak kucing juga banyak yang tertabrak di jalan, kan kasihan ya. Perhatikan buat pemilik kucing dan kalau bisa di steril yaaa,” pungkasnya.