Ironi Anak di Sukabumi Meninggal Usai Tubuh Digerogoti Cacing (via Giok4D)

Posted on

Sekitar 150 meter dari jalan desa, nisan kecil berdiri di tanah merah. Itulah peristirahatan terakhir Raya, balita empat tahun dari Sukabumi yang hidupnya berakhir tragis. Kepergiannya menyisakan tanya, bagaimana seorang anak yang sejak bayi terpantau gizi buruk bisa luput, hingga tubuh mungilnya digerogoti ribuan cacing?

Video berdurasi sembilan menit yang diunggah akun Rumah Teduh ramai diperbincangkan. Hingga kini, rekaman itu sudah ditonton lebih dari 9 juta kali di Facebook. Dalam video, narasi relawan menggambarkan pedihnya melihat tubuh balita berusia empat tahun bernama Raya dipenuhi ribuan cacing gelang.

infoJabar mencoba menghubungi pengelola Rumah Teduh, Iin Achsien. Ia sempat merespons salam lewat pesan singkat, namun ketika ditanya soal kebenaran kasus Raya, pesan itu tak berbalas. Sejumlah relawan Rumah Teduh lainnya juga tak bisa dikonfirmasi.

Penelusuran infoJabar menunjukkan, Raya tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.

Edah (40), kerabat korban yang ditemui, membenarkan bahwa ia yang pertama kali melaporkan kondisi Raya ke relawan.

Edah menceritakan dirinya menyaksikan langsung ketika cacing sepanjang 15 sentimeter keluar dari tubuh Raya tepatnya di bagian hidung. Saat itu tubuh lemah Raya terbaring di IGD .

Diketahui, memang dalam video yang viral ada adegan dimana cacing ditarik dari hidung Raya dalam kondisi hidup.

“Iya, satu dari hidung mah emang itu ada, saya lihat. Saya kira itu alat dari rumah sakit. Katanya ibu itu ada apa dari rumah sakit bukan, enggak tau katanya. Bukannya di sini enggak pasang. Eh saya mah enggak pasang kata perawat. Pas dilihat uteuk-utekan itu cacing,” jelas Edah

Sementara itu, Sarah, bibi Raya, sehari-hari ikut mengasuh sang balita. Orang tua Raya kerap bekerja di kebun atau hutan. Ia masih ingat bagaimana keponakannya itu sempat bermain dengan anak-anak lain sehari sebelum sakit.

“Biasanya kan sehari hari gaul sama anak anak, emang telat jalannya, sehari-hari biasa main, waktu hari Jumat masih main, hari Sabtu dibawa berobat gak bilang cacingan sih, bilangnya dokter paru, batuk, hari Minggu dibawa ke klinik bilangnya paru, langsung dibawa ke dokter anak, kan disuruh di bawa langsung, pulang lagi, jemput, itu 13 Juli, yang bawa berobat saya ke klinik kalapa nunggal, kata dokter saat itu TB,” kata Sarah.

Soal kabar tubuh Raya penuh cacing, keluarga baru tahu setelah anak itu meninggal. “Gak tau, jadi begitu sampai disini dikabari bahwa banyak cacing dan segala macamnya, iya baru nya udah meninggal waktu lihat itu nya, gak tau bisa seperti itu, dari pola hidup suka main ditanah si anak, didapur suka cumang cemong emang iya sehari harinya begitu,” ujarnya.

Mengenang keponakannya, Sarah tak kuasa menahan air mata. “Sakit banget, soalnya awalnya kan gak luhat seperti itu, emang gak atu seperti itu, cuman lihat kondisinya lemah gitu, lihat gitu langsung gak enak,” ucapnya sambil menutup wajah.

Senada diceritakan Endah, ibu Raya, tatapan matanya kosong ketika ditemui di rumah semi panggung miliknya. Ia mengaku anak bungsunya kerap dibiarkan bermain di tanah.

“Kan tadinya (Raya) suka main disini, di tanah, katanya suruh jangan suka digendong gendong mulu, nanti lumpuh, digendong terus kan lama jalan, akhirnya diamkan saja dibawah, sakit udah lama sih, sama kaya saya sesak, batuk,” ujar Endah.

Ia belum pernah membawa anaknya itu ke puskesmas. “Belum ada sih, belum pernah ke rumah sakit, belum pernah dibawa ke puskesmas, jadi kalau selam sakit raya di mandiin aja dulu, pakai air hangat, pakai daun singkong, kan suka pilek, tradisional lah,” kata dia.

Endah baru tahu belakangan soal cacing dalam tubuh anaknya. “Iya ada cacing, katanya ada yang ukuran sekilo, berarti udah besar dalam perut, gak tau dari makanan atau dari mana itu cacingnya,” tuturnya.

Cisri Maryati, bidan desa setempat mengaku sudah lama memantau pertumbuhan Raya. Menurutnya, berat badan anak itu selalu berada di bawah garis merah (BGM) dalam Kartu Menuju Sehat.

“Ya kebetulan Raya itu sering ke posyandu, sehingga berat badannya kita kontrol, memang sejak kecil raya termasuk BGM itu di bawah garis merah, benar benar terpantau kalau untuk berat badannya, jadi memang waktu itu sempat sama kita juga mau dirujuk ke puskesmas, sudah berkali kali, untuk konsultasi minimal dengan ahli gizinya, cuman memang kalau jawaban dari ibu nya, gak bisa mang Rizal nya gak bolehin, katanya begitu,” kata Cisri.

Raya, kata Cisri, mendapat berbagai bantuan dari susu, telur, ayam, hingga program PMT lokal selama 60 hari. “Udah gitu sebetulnya obat cacing kalau untuk raya dan semua anak-anak itu dapat setiap 6 bulan sekali setiap bulan Februari dan Agustus, jadi untuk raya juga terakhir dapat itu bulan Februari itu obat cacing,” ujarnya.

Pemerintah setempat juga angkat bicara. Budi Andriana, Plt Camat Kabandungan, membenarkan kasus itu terjadi di wilayahnya.

“Betul kejadian di wilayah kita, terkait video viral yang beredar kami dari kecamatan kabandungan sudah melakukan berbaga upaya. Administrasi kependudukan sampai ke pengusulan dan pengajuan KIS, termasuk dengan pihak desa memperbaiki rumahnya waktu itu. Terkait dengan video viral yang beredar alangkah bagusnya di konfirmasi terlebih dahulu,” jelasnya.

Ia menyebut sejak bayi Raya terpantau bermasalah dalam pengasuhan. “Terkait informasinyang diperoleh ketika usia dua bulan ada laporan, ya kebetulan keluarganya ada kurang mohon maaf, jadi ketika dia bilang suka dibawa ke gunung mencari kayu bakar atau apa,” katanya.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Soal kabar ribuan cacing di tubuh Raya, Budi mengaku heran apa nama pemyakit serta penyebabnya.

“Betul terkait itu memang saya juga heran waktu itu. Pertama kenapa akhirnya kita tahunya dan waktu itu juga saya minta kepada orang yang mengantarnya dari yayasan rumah teduh itu coba saya minta untuk laporan dan untuk kordinasi ke berbagai stakeholder, tetapi tidak diberikan, intinya seperti itu dengan alasan, ini cukup dari kami, dan tidak akan disebarkan,” kata dia.

Berat Badan Raya Berada di Bawah Garis Merah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *