Sesar atau Patahan Lembang kembali bergeliat. Bangunnya potensi bencana yang mengancam Bandung Raya itu ditandai dengan aktivitas kegempaan pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Dikutip dari infonews, gempa tersebut terjadi pada pukul 16.13 WIB dengan magnitudo 1,8. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas Sesar Lembang Segmen Cimeta.
BPBD Kabupaten Bandung Barat (KBB) menerima laporan bahwa gempa dirasakan di beberapa tempat, yakni Desa Pasirlangu, Tugumukti, dan Pasirhalang yang semuanya ada di wilayah Kecamatan Cisarua.
Sementara berdasarkan sejarahnya, aktivitas gempa Sesar Lembang sempat menimbulkan kerusakan di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, KBB pada tahun 2011 lalu dengan gempa bermagnitudo 3,3.
Pemerintah bereaksi. Pemprov Jabar memanggil Pemda KBB untuk membahas soal potensi bencana yang ditimbulkan. Sebab gempa Sesar Lembang bisa terjadi kapanpun tanpa ada pemberitahuan.
Belakangan di media sosial ramai narasi yang menyebutkan pemerintah sedang mendata masyarakat di garis Sesar Lembang yang membentang sepanjang 29 kilometer dari Cilengkrang, Kabupaten Bandung ke Padalarang, KBB.
“Jadi minggu kemarin, ada rapat di Pemprov Jabar kaitan dengan Sesar Lembang. Jadi soal itu (pendataan warga) memang kaitannya dengan penyusunan peta tematik dampak gempa,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) KBB, Ade Zakir Hasyim saat dikonfirmasi, Senin (18/8/2015).
Mengacu pada data yang dikumpulkan petugas itu, nantinya bisa disusun manajemen kebencanaan, pra-kebencanaan, hingga pasca-kebencanaan sebagai langkah mitigasi potensi Sesar Lembang.
“Jadi sebenarnya bagian dari mitigasi bencana Sesar Lembang ini, bukan cuma daerah tapi juga provinsi sudah mengambil inisiatif,” kata Ade Zakir.
BPBD Bandung Barat sendiri sebetulnya sudah menyusun rencana kontijensi yang juga menitikberatkan pada langkah mitigasi Sesar Lembang. Di dalam dokumen itu, sudah diskenariokan kemana dan bagaimana evakuasi warga ketika Sesar Lembang terjadi.
“Tentu ada penyesuaian untuk dokumen renkon karena gempa ini, ketika bicara Sesar Lembang, dampaknya tidak hanya di KBB, tapi meliputi Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung atau yang disebut Cekungan Bandung,” ujar Ade Zakir.
Sayang, di tengah ancaman bencana Sesar Lembang, Bandung Barat belum punya Early Warning System (EWS). Kendati demikian, mereka tak habis akal. Solusinya ialah dengan memperbanyak sosialisasi dan mitigasi.
“Sampai saat ini KBB belum ada, tapi memang kita selalu mengingatkan sosialisasi, ke anak anak sekolah, jalur jalur ke luar ruangan, tiap tahun kita sosialisasi,” kata Ade Zakir.
Kewaspadaan terhadap potensi Sesar Lembang mesti ditingkatkan. Bukan berarti pemerintah menakut-takuti masyarakat, namun sosialisasi dan edukasi terkait bencana tersebut mesti dilakukan terus menerus.
“Ini selalu kita waspadai, bahwa gempa itu nyata ada. Daripada kita khawatir atau menganggap menakut-takuti, lebih baik kita bersiap ada gempa dan masyarakat sudah paham manakala terjadi gempa,” kata Ade Zakir.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD KBB, Meidi mengatakan titik nol Sesar Lembang sendiri setelah dikaji berada di kawasan Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, hingga Padalarang dengan panjang 29,5 kilometer.
“Atas dasar data yang ada, itu (Sesar Lembang) tetap bergerak ke kiri dan ke kanan serta ke dalam. Dari data itu juga, Sesar Lembang bisa terjadi kapan saja,” kata Meidi.
Kendati demikian, pihaknya meminta masyarakat untuk waspada namun bukan berarti terlalu ketakutan. Masyarakat mesti memahami potensi bencana agar bisa menindaklanjuti dengan mitigasi.
“Masyarakat boleh takut, tapi mohon dengan sangat, jangan ketakutan. Kita bekerjasama meminimalisir dampak kegempaan yang ditimbulkan,” tutur Meidi.
infoJabar sempat menjelajahi Gunung Batu, sebagai bagian paling terlihat dari Patahan atau Sesar Lembang, di Kecamatan Lembang. Di atasnya terdapat alat pemantau ancaman gerakan tanah di zona Sesar Lembang milik BRIN.