Dunia Mixed Martial Arts (MMA) atau seni bela diri campuran kembali memiliki raja baru. Sabuk juara itu melingkar di pinggang seorang petarung fenomenal. Dia adalah Khamzat Chimaev, sang ‘Serigala’ dari Chechnya yang kini resmi menahbiskan dirinya sebagai penguasa Ultimate Fighting Championship (UFC) untuk kelas middleweight.
Chimaev merebut sabuk dari Dricus Du Plessis dalam tarung perebutan gelar juara UFC 319. Duel bergengsi tersebut bergulir seru di United Center, Chicago, Illinois, Sabtu 16 Agustus 2025. Sekadar diketahui, kategori kelas middleweight UFC ini mewajibkan para petarungnya memiliki berat badan maksimal 186 pon atau 83,9 kilogram.
Siapa sebenarnya sosok di balik julukan ‘Borz’ (serigala) ini? Bagaimana perjalanannya dari pegulat muda di Chechnya hingga menjadi juara dunia? Berikut ini profil Khamzat Chimaev dan fakta-fakta menariknya yang dihimpun infoJabar dari berbagai sumber, Senin (18/8/2025).
Khamzat Chimaev adalah perpaduan sempurna antara kekuatan fisik, teknik gulat kelas dunia, dan naluri menaklukkan lawan secara ganas.
Perjalanan Khamzat Chimaev menuju puncak bukanlah sebuah kebetulan. Setiap langkahnya ditempa oleh disiplin keras.
Khamzat Chimaev lahir dari keluarga Muslim Chechen yang sederhana di Gvardeyskoye, sebuah desa kecil di Chechnya yang dilanda konflik.
Ia mulai bergulat sejak usia lima tahun. Pada usia 18 tahun, pada 2013, Chimaev bersama ibunya pindah ke Swedia mengikuti kakaknya yang sudah bekerja di sana. Meskipun tinggal bertahun-tahun di Swedia, ia tidak pernah memperoleh kewarganegaraan Swedia dan mempertahankan kewarganegaraan Rusia.
Di Swedia, Chimaev melanjutkan karir gulatnya, menjadi juara nasional gulat gaya bebas Swedia tiga kali (2015, 2016, dan 2018) dengan rekor dominan 12-0 di turnamen tersebut. Ia juga sempat berkompetisi dalam judo dan sambo tempur.
Chimaev mulai berlatih MMA pada usia 23 tahun di Allstars Training Center di Stockholm, bersama petarung ternama seperti Alexander Gustafsson. Gustafsson bahkan menyebut Chimaev sebagai salah satu petarung terbaik yang pernah ia latih bersama.
Chimaev memulai karier MMA amatir pada 2017, meraih rekor 3-0 dengan dua kemenangan melalui submission dan satu melalui TKO. Ia beralih ke profesional pada Mei 2018, mengalahkan Gard Olve Sagen melalui TKO di International Ring Fight Arena 14.
Dia kemudian bergabung dengan Brave Combat Federation, sebuah organisasi MMA Timur Tengah, di mana ia meraih empat kemenangan beruntun, termasuk tiga KO/TKO dan satu submission, dengan penampilan yang begitu dominan hingga ia mendapat julukan ‘Knockout of the Night’ di Brave CF 23.
Chimaev debut di UFC pada Juli 2020 di kelas menengah melawan John Phillips di UFC on ESPN 13, menang melalui submission ronde kedua dan meraih penghargaan ‘Performance of the Night’. Hanya sepuluh hari kemudian, ia kembali bertarung di kelas welter melawan Rhys McKee, menang via TKO ronde pertama, memecahkan rekor UFC untuk kemenangan beruntun tercepat dalam sejarah modern (10 hari).
Pada September 2020, Chimaev menghentikan Gerald Meerschaert hanya dalam 17 info melalui KO, mencatat rekor tiga kemenangan tercepat dalam sejarah UFC modern (66 hari) dan meraih ‘Performance of the Night’ ketiganya.
Namun, perjalanan Chimaev tidak selalu mulus. Pada 2020-2021, Chimaev terpaksa menunda beberapa pertarungan akibat COVID-19 dan komplikasi paru-parunya, bahkan sempat mengumumkan pensiun dini pada Maret 2021 karena efek samping pengobatan. Untungnya, ia kembali pada Oktober 2021, mengalahkan Li Jingliang melalui submission teknikal di UFC 267, kembali meraih ‘Performance of the Night’.
Pada 2022, Chimaev menghadapi ujian terberatnya saat melawan Gilbert Burns di UFC 273. Pertarungan epik ini berlangsung tiga ronde penuh, dan Chimaev menang melalui keputusan bulat, meraih penghargaan ‘Fight of the Night’.
Chimaev kemudian menghadapi Kevin Holland di UFC 279 pada September 2022, menang via submission ronde pertama setelah drama penimbangan berat badan yang membuatnya gagal bertarung melawan Nate Diaz. Pada Oktober 2023, ia kembali ke kelas menengah, mengalahkan Kamaru Usman melalui keputusan mayoritas di UFC 294
Puncaknya terjadi pada Oktober 2024 di UFC 308, ketika Chimaev mengalahkan Robert Whittaker melalui submission (face crank) di ronde pertama, sebuah kemenangan yang membuatnya mendapatkan kesempatan merebut gelar kelas menengah.
Setelah melewati berbagai rintangan, termasuk pertarungan sengit dan masalah kesehatan, jalan Chimaev menuju perebutan gelar akhirnya terbuka di UFC 319.
Pertandingan perebutan gelar juara UFC 319 antara Khamzat Chimaev dan Dricus Du Plessis berlangsung pada 16 Agustus 2025 di United Center, Chicago, Illinois. Chimaev menunjukkan dominasi total sejak awal pertandingan.
Chimaev secara konsisten menerapkan tekanan gulat dan menampilkan kontrol yang luar biasa. Ia berhasil mendaratkan total 529 strike (pukulan dan tendangan), sebuah rekor baru di UFC, dan sukses melakukan 8 dari 12 percobaan takedown.
Durasi kontrol di ground-nya mencapai 18 menit 47 info, yang menunjukkan betapa efektifnya ia menahan Du Plessis di bawah kendalinya dan mencegahnya mengembangkan permainan. Du Plessis, meskipun dikenal tangguh, kesulitan melepaskan diri dari cengkeraman Chimaev dan tidak mampu menerapkan gaya bertarungnya sendiri.
Khamzat Chimaev berhasil mengalahkan Dricus Du Plessis melalui keputusan mutlak (unanimous decision) setelah lima ronde penuh. Papan skor juri menunjukkan kemenangan telak untuk Chimaev: 50-44, 50-44, 50-44.
Kemenangan tersebut mengantarkan Khamzat Chimaev sebagai juara baru UFC di kelasnya.
Khamzat Chimaev dikenal sebagai petarung serba bisa dengan gaya bertarung yang menggabungkan gulat elit dan striking yang eksplosif. Ia memiliki akurasi pukulan signifikan sebesar 59%, dengan 6 kemenangan KO/TKO dan 6 submission (termasuk heel hook, D’Arce choke, dan rear-naked choke).
Chimaev juga memiliki pertahanan takedown 100%, menunjukkan kemampuan gulatnya yang luar biasa. Rata-rata ia mendaratkan 5,36 pukulan signifikan per menit dan 4,31 takedown per 15 menit.
Berikut ringkasan rekor dan pencapaian Chimaev:
1. Strikes Terbanyak dalam Satu Pertarungan
2. Dominasi Grappling Terbesar
3. Debut Tercepat dalam Sejarah UFC
4. Striking Differential Tertinggi
Di balik sosoknya yang sangar di dalam Octagon, ada beberapa sisi menarik dari Khamzat Chimaev yang membentuk karakternya.
‘Borz’ berarti “serigala” dalam bahasa Chechen. Julukan ini sangat pas menggambarkan gaya bertarungnya yang agresif, selalu berburu, dan tak kenal lelah menekan lawannya. Khamzat Chimaev juga mempopulerkan filosofi ‘Smesh’ (hancurkan), sebuah pola pikir sederhana untuk masuk ke arena, menghancurkan lawan, dan pulang.
Banyak penggemar bertanya tentang bekas luka ikonik di bibir atasnya. Luka itu ia dapatkan saat berusia dua tahun ketika ia jatuh dari tangga beton. Akibatnya, Chimaev tidak bisa bernapas dengan baik melalui lubang hidung kanannya.
Pada akhir tahun 2020, karier Khamzat Chimaev berada di ujung tanduk. Dia menderita komplikasi parah akibat COVID-19 yang menyerang paru-parunya.
Kondisinya begitu buruk hingga ia sempat batuk darah dan mengumumkan pensiun di media sosial. Berkat intervensi dari pimpinan UFC, Dana White, dan perawatan medis intensif, Chimaev berhasil pulih dan kembali ke Octagon.
Keberhasilan Khamzat Chimaev juara UFC membuktikan kerja keras dan bakatnya dapat menaklukkan panggung olahraga terbesar di dunia. Kini, era ‘Serigala’ telah dimulai, dan seluruh dunia akan menyaksikan seberapa lama ia mampu mempertahankan takhtanya.