Kota Tasikmalaya boleh jadi memiliki banyak kampung dengan nama yang unik.
Setelah heboh nama Kampung Kontolbangkong di Kecamatan Bungursari beberapa waktu lalu, kini mencuat lagi satu kampung dengan nama yang tak kalah unik.
Kampung Bajigur Bahe, demikian nama perkampungan yang ada di Kelurahan Cibeuti, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya ini.
Terdiri dari dua suku kata, Bajigur berarti minuman khas masyarakat Sunda yang terbuat dari santan dan gula, biasanya dilengkapi kolang-kaling.
Sementara Bahe adalah bahasa Sunda yang berarti tumpah. Bajigur Bahe, berarti bajigur tumpah.
Pada Selasa (22/4/2025), infoJabar berkesempatan jalan-jalan ke Kampung Bajigur Bahe ini.
Kampung Bajigur Bahe, meliputi 3 wilayah Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 01, RT 02 dan RT 03. Kampung ini masuk wilayah RW 07 Kelurahan Cibeuti, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya.
Kampung ini terletak selepas Pasar Cibeuti, landmark atau penanda Kampung Bajigur Bahe adalah keberadaan jembatan dan tikungan ke kanan sekaligus simpang tiga.
Nama Kampung Bajigur Bahe ini merupakan nama resmi, setidaknya nama kampung itu terpampang di banyak plang atau spanduk-spanduk pedagang.
Ide (64), salah seorang warga membenarkan jika nama kampungnya adalah Bajigur Bahe. Menurut dia nama unik itu sudah melekat sejak dulu.
“Sejak saya kecil sampai sekarang usia sudah kepala 6, kampung ini namanya sudah Bajigur Bahe,” kata Ide.
Terkait asal usul nama Bajigur Bahe, Ide mengaku, tidak mengetahui secara persis, kapan dan bagaimana kampungnya bisa diberi nama itu.
“Kalau dulu ada namanya Pak Wasil, tokoh di kampung ini, dia tahu cerita asal usul kampung ini. Sayang sekarangsudah meninggal dunia,” kata Ide.
Namun demikian Ide mengatakan, sejauh yang dia ketahui dari cerita yang berkembang di masyarakat, nama Kampung Bajigur Bahe terkait dengan insiden kecelakaan yang menimpa seorang pedagang bajigur di masa lampau.
“Jadi dulu katanya ada tukang bajigur yang terjatuh di sini, dagangannya tumpah, bahkan si pedagangnya pun sampai meninggal dunia,” kata Ide.
Terkait siapa sosok pedagang bajigur malang itu dan kapan kejadiannya, Ide mengaku tidak mengetahui.
Jika melihat kondisi atau kontur jalan Kampung Bajigur Bahe, memang memungkinkan menjadi lokasi kecelakaan. Di Kampung ini terdapat turunan dengan tikungan tajam.
“Daerah belokan ini dulu zaman saya kecil adalah ‘jarian’. Terus jalannya juga kan belum diaspal,” kata Ide.
Istilah ‘jarian’ yang diungkapkan Ide, merujuk kepada jurang dengan rumpun bambu lebat, tempat warga membuang sampah. Jarian juga kerap dikonotasikan sebagai tempat angker.
Ide menduga, pedagang bajigur itu terjatuh atau terpeleset ke jurang, kemudian tersiram bajigur panas, sehingga dampaknya fatal.
“Kan kalau zaman dulu pedagang bajigur itu tidak menggunakan gerobak, tapi dipikul pakai “rancatan” (bilah bambu). Satu pikulan panci besar isi bajigur dan kompor, satu pikulan lagi kotak makanan isinya kacang rebus, singkong rebus dan lain-lain,” kata Ide.
Meski demikian soal asal usul itu, Ide mengaku, hanya merujuk kepada cerita yang berkembang di masyarakat. Soal benar tidaknya, belum terkonfirmasi. “Istilahnya kirata, dikira-kira tapi nyata,” kata Ide.
Dede (40), warga lainnya membenarkan jika nama Kampung Bajigur Bahe konon berasal dari kejadian pedagang bajigur yang terjatuh hingga meninggal dunia.
“Ya katanya sih begitu, tapi persisnya saya nggak tahu juga,” kata Dede.
Yang jelas dia sering kali menjadi bahan candaan saat memperkenalkan diri dan menyebutkan domisilinya.
“Misalnya kemarin waktu mengurus surat kendaraan di Samsat, pas sudah beres kan dipanggil, disebutkan tuh nama dan alamat saya lewat speaker. Pak Dede, Bajigur Bahe, aduh semua orang sampai tertawa,” kata Dede.
Meski kerap menjadi bahan tertawaan, tapi Dede mengaku tak mempermasalahkan. Dia mengaku tetap bangga dengan nama unik kampungnya itu.
“Kadang malu juga, tapi nggak masalah. Justru bagus, unik, mungkin di dunia hanya di sini ada kampung namanya Bajigur Bahe,” kata Dede.