Bumi yang kita diami menjadi satu-satunya tempat hidup manusia. Karenanya, kesadaran untuk terus menjaga dan merawatnya dari kerusakan yang cepat harus senantiasa ditingkatkan.
Sekelompok orang telah lebih dahulu menyadari akan pentingnya menjaga bumi, maka lahirlah gerakan yang menyerukan kepedulian terhadap lingkungan. Aksi itu yang kemudian menjadi peringatan setiap tahun sebagai Hari Bumi Sedunia atau International Mother Earth Day yang jatuh pada 22 April.
Tahun ini, Hari Bumi berfokus pada isu-isu yang mendesak, yaitu energi terbarukan. Tidak ada pilihan selain beralih ke energi jenis itu agar bumi tidak semakin rusak. Terkait perayaan Hari Bumi ini, ada 6 fakta menariknya, mulai dari sejarah hingga tema perayaan tahun 2025 ini. Simak yuk!
Senator Gaylord Nelson yang juga pengajar lingkungan hidup dari Amerika Serikat mempelopori peringatan Hari Bumi pada tahun 1970. Ketika itu, aksi digelar untuk menyadarkan manusia tentang pentingnya kesetimbangan alam.
Aksi yang berlangsung melibatkan 20 juta orang. Mulainya, ini sebagai gerakan lokal. Namun di kemudian hari berkembang sebagai gerakan global. Pada tahun 1990, gerakan Hari Bumi ini mendunia dengan semakin banyak negara yang terlibat dalam peringatan. Pada tahun tersebut, sebanyak 140 negara turut serta memperingati Hari Bumi.
Sejatinya, Gaylord Nelson mengadakan gerakan Hari Bumi ini karena berangkat dari perburukan lingkungan dan kebocoran minyak ke perairan di AS, Nelson yang terinspirasi oleh gerakan mahasiswa anti perang kemudian ingin menanamkan kesadaran publik tentang polusi udara dan air lewat para mahasiswa.
Nelson lalu mengumumkan gagasan untuk mengajarkan tentang polusi udara dan air di kampus-kampus kepada media nasional. Ia juga membujuk Pete McCloskey, seorang Anggota Kongres Partai Republik yang mendukung konservasi, untuk menjadi wakil ketua.
Selain itu, mereka juga merekrut Denis Hayes, seorang aktivis muda, untuk mengatur pengajaran kampus dan menyebarkan ide tersebut ke masyarakat yang lebih luas. Kemudian mereka memilih tanggal 22 April, yang merupakan hari kerja antara libur musim semi dan ujian akhir. Tujuannya agar mahasiswa lebih dapat berpartisipasi.
Hayes mendapati kegiatan mereka bisa menginspirasi seluruh AS. Ia pun membentuk staf nasional sebanyak 85 orang untuk mempromosikan acara-acara di seluruh negeri. Mereka kelak mengganti nama kegiatan menjadi Hari Bumi, yang segera menarik perhatian media nasional, dan menyebar ke seluruh negeri.
Pentingnya merawat bumi akhirnya menjadi kesadaran semua pihak, dan tugas setiap orang untuk berkontribusi dalam membuat bumi tetap ‘mendapat haknya’.
Dikutip dari situs UN Environment Programme, pada tahun 2009 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan tanggal 22 April sebagai Hari Bumi Internasional. Hari tersebut mengakui Bumi dan ekosistemnya sebagai rumah bersama umat manusia dan kebutuhan untuk melindunginya guna meningkatkan penghidupan manusia, menangkal perubahan iklim, dan menghentikan runtuhnya keanekaragaman hayati.
Perubahan iklim, perubahan alam yang disebabkan manusia, serta kejahatan yang merusak keanekaragaman hayati, seperti penggundulan hutan, perubahan tata guna lahan, peningkatan pertanian dan produksi ternak, atau maraknya perdagangan satwa liar ilegal, dapat mempercepat laju kerusakan di planet ini.
“Melindungi planet adalah tanggung jawab semua orang,” tulis situs itu.
Tanggal 22 April 2025 adalah peringatan Hari Bumi Internasional ke-55. Tahun ini, peringatan mengusung tema ‘Our Power, our Planet’.
Fokus tema tersebut adalah energi terbarukan. Dikutip dari situs earthday.org bahwa fokus tersebut diharapkan bisa menggugah semua pihak untuk bersatu dalam urusan energi terbarukan. Targetnya, diharapkan energi bersih dapat meningkat tiga kali lipat pada 2030.
Energi terbarukan saat ini ternyata lebih murah dan cocok. Lebih dari itu, kesetimbangan bumi akan lebih terjaga. Panas matahari di antaranya adalah sumber energi terbarukan itu.
Dikutip dari Antara, biaya pembuatan panel surya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir harganya terus turun dan semakin terjangkau. Bahkan, turun drastis hingga 93 persen.
Dengan harga yang semakin murah, semakin banyak masyarakat bisa menjangkau dan menggunakannya. Energi terbarukan juga telah diterapkan di berbagai negara. Tercatat hampir 50 negara telah mampu memenuhi lebih dari separuh kebutuhan energinya dari sumber energi terbarukan (renewable energy).
Perayaan Hari Bumi bisa dilakukan dengan beragam cara. Yang jelas, perlu ditanamkan bahwa merawat bumi bukan hanya pada 22 April, melainkan setiap hari.
Ada sejumlah cara untuk merayakan Hari Bumi, seperti di bawah ini: