Menapaki Jejak Masa Lalu Lembang Lewat Bangunan Bersejarah | Info Giok4D

Posted on

Panas matahari menusuk kulit tak meredupkan semangat puluhan orang melangkahkan kaki di pedestrian Alun-alun Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Sekitar 30 orang berjalan pelan, sebagian menutupi kepalanya dengan topi. Matanya menyipit menahan silau cahaya. Dari pedestrian jalan utama, rombongan tiba-tiba belok ke area parkir sebuah rumah makan dan kafe.

Langkah mereka tak berhenti, namun berlanjut blusukan ke rimbun semak belukar di belakang rumah makan tersebut. Mata terkesiap, berdiri sebuah bangunan jadul yang sudah terbengkalai. Rumput dan tanaman liar merambat menutupi jendela dari kayu.

Pemimpin rombongan, seorang wanita berkerudung mempersilakan orang-orang di belakangnya masuk ke rumah tersebut. Jangan bayangkan ada kursi di ruang tamu dihiasi furnitur. Hanya rumah kosong yang sudah lama ditinggal sang empunya.

Plafonnya bolong, kaca buram, beruntung masuk di siang hari sehingga tak perlu pencahayaan tambahan. Rombongan berbaris di ruangan tengah, kemudian seseorang mulai membuka pembicaraan.

“Kita sudah ada di lokasi pertama, ini Gedong Arca. Dulunya ini rumah kerabat dari keluarga Homann, pemilik hotel Savoy Homann di Bandung,” kata Malia Nur Alifa, tour leader sekaligus pegiat sejarah Lembang membuka rangkaian walking tour di Lembang.

Ya, rombongan yang rela panas-panasan kendati Lembang tetap sejuk meskipun matahari tepat di ubun-ubun, merupakan peserta walking tour sejarah yang diinisiasi komunitas Temu Sejarah berkolaborasi dengan pegiat sejarah Lembang.

Malia luwes menjelaskan soal rumah yang tahun 1920-an silam sempat dihuni sekeluarga berkebangsaan Tionghoa. Dari gaya bangunannya, Gedong Arca itu mengadopsi arsitektur Art Deco yang memang lazim diaplikasikan pada rumah dan bangunan di era kolonialisme.

Lantas apa pasal rumah itu sampai dinamai Gedong Arca? Menurut Malia, dulu rumah tersebut merupakan salah satu dari sekian bangunan yang posisinya agak atas di kawasan Lembang kota. Dari rumah itu, jika mata lurus memandang ke arah bawah akan terlihat arca. Arca itu berdiri di area rumah yang memiliki halaman luas.

“Tapi sekarang arcanya sudah nggak ada, dan tempat arca itu berdiri juga sekarang sudah berubah jadi minimarket. Jadi memang jejak sejarahnya hilang, menyisakan bangunan ini,” kata Malia.

Perjalanan tak berhenti di Gedong Arca saja. Dari situ, peserta walking tour yang rata-rata sudah dewasa itu melanjutkan perjalanan ke SMP Negeri 1 Lembang. Ternyata gedung SMP tersebut juga merupakan bangunan bersejarah yang jadi saksi hidup perubahan Lembang dari masa ke masa.

“Di SMP 1 Lembang ini, karena kebetulan saya sekolah di sini itu ada pintu yang merupakan jalan masuk ke lorong yang diduga nyambung sampai ke situs monumen Junghuhn. Dari situ nyambung lagi ke perkebunan Baruadjak,” kata Malia.

Sedikit dikisahkan Malia, lorong buatan yang seukuran pria dewasa jika berjalan tegap itu kini sudah ditutup. Tak bisa lagi dimasuki, cuma bisa dikisahkan. Namun fungsinya, dulu sebagai tempat pendistribusian Candu Legal alias narkotika jenis opium yang diperjualbelikan di masa penjajahan Belanda dan Jepang dulu.

“Cuma ya sekarang sudah ditutup pintu masuk dan lorongnya juga,” kata Malia.

Langkah kaki peserta tur diajak menjejak tempat bersejarah lainnya. Yakni area perkebunan yang dulunya berfungsi sebagai tempat peternakan sapi milik Negel dan Meyer. Di medio 2000-an, peternakan sapi itu disulap menjadi tempat wisata yang tenar di kalangan orang Lembang dan Bandung. Nasibnya berakhir di tahun 2015-an lalu dan kini difungsikan sebagai lahan pertanian.

Rangkaian tur sejarah di tanah Lembang berlanjut ke bangunan bekas Kawedanaan di belakang Alun-alun Lembang. Beruntung bangunan itu masih terjaga kendari secara struktur sudah mengalami perubahan yang cukup besar. Cuma menyisakan empat pilar yang masih asli berdiri sejak tahun 1880-an.

Dari situ peserta tur melangkah lagi ke bangunan Pertapaan Karmel. Tempat peribadatan penganut Katolik di depan Polsek Lembang. Di dalamnya ada sebuah galeri Karmel yang disinyalir merupakan museum pertama di Lembang.

Perjalanan dilanjutkan ke Grand Hotel Lembang. Hotel bersejarah di Lembang yang kini nasibnya sudah berubah drastis. Dibeli oleh pihak swasta dan diyakini akan diubah fungsinya menjadi pusat perbelanjaan di Lembang.

“Sangat disayangkan karena ini hotel bersejarah di Lembang, yang sekarang sedang dalam masa pembangunan untuk mall ya informasinya,” ucap Malia.

Rangkaian tur berakhir di Kompleks Baruadjak, milik keluarga Ursone. Seorang pria asal Italia yang berlatarbelakang sebagai keluarga musisi, namun kemudian banting setir menjadi pengusaha susu dengan mendirikan perusahaan susu dan peternakan sapi terbesar se-Asia Tenggara di masa itu. Di tahun 1950-an, bangunan megah yang di depannya terhampar halaman luas itu difungsikan menjadi Kapel Deetje.

“Jadi selama rangkaian tur tadi, saya sengaja memilih jalur ini karena ini bisa dibilang sebagai rute urgent, yang tahun depan belum tentu masih ada atau enggak bangunannya. Jadi saya sengaja ajak peserta tur untuk mengabadikan bangunan itu lewat foto sebelum nanti berubah atau dirobohkan bangunannya,” kata Malia.

Sementara itu, founder Temu Sejarah, Tiwi Kasavela mengatakan rangkaian tur sejarah di Lembang ini merupakan agenda ke enam yang sudah dilaksanakan Temu Sejarah berkolaborasi dengan pegiat sejarah di masing-masing daerah.

“Temu Sejarah Explore ini kita laksanakan untuk menyelami sejarah secara langsung. Ini kegiatan ke enam, pertama di Bandung, kedua di Solo, Ngawi, Malang, lalu Jakarta,” kata Tiwi.

Ia memilih Lembang sebagai destinasi eksplorasi sejarah juga dengan niat mengenalkan pada khalayak bahwa Lembang, yang kini dikenal sebagai ‘kota wisata’, justru punya jejak sejarah panjang di era kolonialisme.

“Saya pribadi penggemar walking tour sejarah seperti ini. Kenapa memilih Lembang? Jadi sejarah Lembang itu kaya banget, banyak bangunan bersejarah yang berdiri. Kita ingin mengenalkan ini semua, sebelum mungkin nanti beralih fungsi padahal seharusnya bisa dipertahankan,” kata Tiwi.

Lembang yang Kaya Akan Sejarah

Gambar ilustrasi

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *