Para petani di Desa Beringin, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, terus bergulat dengan krisis air yang tak kunjung usai. Sudah hampir lima tahun terakhir, mereka kesulitan mengairi lahan pertanian akibat rusaknya saluran irigasi utama yang bersumber dari Sungai Cimanis.
Kepala Desa Beringin Agung Gunawan mengungkapkan permasalahan ini bermula sejak tahun 2020, ketika bencana longsor menimbun saluran irigasi yang menjadi sumber utama pengairan sawah warga. “Di Desa Beringin ini, para petani kesulitan air karena saluran air yang biasanya dari Sungai Cimanis itu tertimbun longsor,” ujar Agung saat ditemui pada Kamis (26/6/2025).
Menurut Agung, dampak dari kerusakan tersebut mulai terasa sejak musim tanam tahun 2021. Sejak itu, petani terpaksa mencari alternatif, seperti mengebor sumur dan membeli air dengan biaya tinggi, agar lahan mereka tetap bisa digarap.
“Pengeluaran petani jadi membengkak karena harus buat sumur bor dan beli pompa. Kalau terus dibiarkan, mereka bisa rugi besar,” ungkapnya.
Pemerintah desa pun telah beberapa kali mengajukan permohonan bantuan kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat. Namun hingga kini, perbaikan saluran belum kunjung dilakukan.
“Kami sangat memohon kepada BBWS dan PSDA untuk segera memperbaiki atau minimal melakukan penanganan sementara. Kasihan petani yang terus merugi,” tegasnya.
Keluhan serupa disampaikan oleh Wasnadi, salah satu petani setempat. Ia menyebut bahwa kebutuhan akan air kini menjadi beban berat bagi petani. Mereka harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membiayai sumur bor dan membeli mesin pompa air.
“Kalau dulu cukup buka pintu air dari sungai, sekarang harus bor tanah sendiri, beli mesin pompa, dan biaya operasionalnya mahal. Penghasilan kami jadi tidak sebanding,” ujarnya.
Sementara itu, Supriyadi, petani lainnya, menyoroti ancaman jangka panjang dari krisis air ini. Ia mengatakan, luas lahan pertanian di Desa Beringin cukup signifikan sekitar 20 hektare untuk sawah padi dan 30 hektare untuk tanaman jagung. Jika krisis ini terus berlangsung, ketahanan pangan lokal bisa terganggu.
“Kalau saluran air tidak segera diperbaiki, dampaknya bisa luas. Bukan hanya ekonomi petani yang terpukul, tapi juga produksi pangan warga,” ucapnya.
Para petani dan aparat desa berharap pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi segera turun tangan untuk mempercepat pembangunan kembali saluran irigasi.
“Harapan kami sebagai petani sederhana yakni sawah kembali terairi, dan roda pertanian kembali berputar,” pungkasnya.