Tidak hanya dikenal sebagai seorang menteri sosial yang menjadi ahli hukum wanita pertama di Hindia Belanda. Maria Ulfah juga merupakan sosok wanita yang peduli dalam bidang seni dan budaya. Karena kepeduliannya Maria Ulfah dipercaya sebagai Ketua Komisi Sensor Film pada tahun 1950-1961.
Namun, saat menjadi ketua Komisi Sensor film, Maria Ulfah pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan, yakni diculik oleh sekelompok pemuda. Peristiwa penculikan ini dikabarkan dalam beberapa surat kabar berbahasa Belanda, salah satunya surat kabar Preanger Bode edisi 1 Maret 1957.
Dipaparkan kala itu, Maria Ulfah seorang mantan menteri yang kini jadi Sekretaris Dewan Menteri dan Ketua Komisi Sensor film diculik oleh sekelompok pemuda. Kronologinya, pada waktu sore hari, Maria Ulfah tengah mengadakan pemutaran film Rock N Roll di bioskop.
Pemutaran film Rock N Roll tersebut dilakukan setelah sebelumnya terjadi penolakan pemutaran film bertema Rock N Roll di bioskop yang ada di Indonesia. Penolakan tersebut bermula dari adanya pementasan tarian dan pemutaran film Rock N Roll di Hotel Homann Bandung yang memicu reaksi keras dari masyarakat. Akibat reaksi tersebut, seluruh film yang bertemakan Rock N Roll ditarik di pasaran.
Mendengar informasi tersebut, beberapa pimpinan organisasi perempuan mengirimkan permohonan kepada Maria Ulfah yang saat itu bertugas sebagai Ketua Sensor Film agar menonton bareng film Rock N Roll yang dilarang. Tujuannya, agar para pimpinan organisasi dapat menyampaikan pendapatannya tentang pelarangan film tersebut.
Permohonan dari organisasi wanita yang ada di Jakarta tersebut dikabulkan oleh Maria Ulfah. Dengan bantuan perwakilan dari Colombia Pictures, Maria Ulfah bersama dengan pimpinan organisasi wanita dapat menonton film Rock N Roll yang berjudul “Don’t Knock the Rock” di Jalan Segara, Bandung.
Setelah tamu undangan duduk dan film akan diputar, tiba-tiba Maria Ulfah dicari oleh sekelompok pemuda di luar bioskop yang ingin menonton film. Karena tempat duduk di dalam bioskop tidak mencukupi, akhirnya Mariah Ulfah keluar sendiri dan menemui para pemuda untuk menyampaikan bahwa bangku tidak cukup.
Namun, tiba-tiba, kedua tangan Maria Ulfah dipegang oleh dua orang pemuda dan memberi isyarat agar Maria Ulfah diam dan mengikuti mereka. Maria Ulfah dibawa oleh sekelompok pemuda tersebut dengan kendaraan oplet menuju gedung pemuda di Jalan Waringin Bandung. Orang yang melihat Maria Ulfah dibawa dengan diam-diam, langsung mengejar oplet tersebut dan memberi tahu polisi.
“Para wanita lainnya yang juga menyaksikan kejadian itu tidak tinggal diam, tetapi malah mengirim mobil mereka untuk mengejar kedua Opelette tersebut. Mereka juga pergi untuk memberi tahu polisi,” tulis surat kabar Preanger Bode edisi 1 Maret 1957.
Sesampainya di gedung, Maria Ulfah bertemu pimpinan pemuda tersebut dan menyampaikan bahwa sekarang kondisi negara sedang tidak baik-baik saja. Para pemuda, meminta agar Maria Ulfah fokus dan memikirkan pelaksanaan konsep negara presidensial. Saat itu, Indonesia sedang dilanda ketegangan politik tentang isu demokrasi terpimpin yang diusulkan Presiden Soekarno.
Mendengar kata-kata dari pemuda revolusioner tersebut, Maria Ulfah mengatakan bahwa dirinya akan menaati saran dari pemuda tersebut. Namun, ia juga menyampaikan bahwa para pemuda jangan sampai terbawa hawa nafsu dan tidak menghasut orang untuk melakukan hal yang tidak bertanggung jawab.
Menurut Maria, kondisi negara yang sedang berevolusi akan terus berlanjut sampai konsep presidensial dilaksanakan. Setelah kejadian tersebut, Maria Ulfah dilepaskan. Tak lama kemudian sebuah truk mobil yang berisi polisi datang ke lokasi kejadian.
Setelah kembali ke rumah, Maria Ulfah didatangi oleh banyak tamu seperti Jaksa Agung, Badan Investigasi Kriminal dan Ajudan Perdana Menteri.
“Setelah Ibu Maria Ulfah kembali ke rumah, Maria Ulfah dikunjungi berturut-turut oleh Jaksa Agung, anggota badan investigasi kriminal, dan ajudan Perdana Menteri. Pasca kejadian tersebut, warga Banten dan Pemuda Banten juga datang menemui Ibu Ulfah untuk mendapatkan keterangan langsung dan menyampaikan protes kepada pemerintah, agar pemerintah mengambil tindakan tegas sebagaimana layaknya negara hukum,” tulis surat kabar Preanger Bode edisi 1 Maret 1957.
Sementara itu dalam surat kabar Preangerbode edisi 6 Maret 1957 disebutkan bahwa Komando Pangkalan Djakarta Raya telah mengambil tindakan terhadap para pemuda yang beberapa waktu lalu menculik Maria Ulfah Santoso saat pemutaran film “Rock ‘n Roll” untuk anggota organisasi wanita.