Hingga pertengahan Juni 2025, proyek pembangunan flyover Nurtanio tak kunjung selesai. Jalan layang yang digadang-gadang dapat mengurai kemacetan di Kota Bandung justru menjadi biang macet baru.
Akibat kemacetan di jalan ini, warga dan para pengendara yang melintas di Jalan Abdul Rahman Saleh dan Jalan Garuda mengeluhkan kemacetan parah setiap pagi dan sore akibat penyempitan jalan.
Berikut 7 fakta kondisi pembangunan Flyover Nurtanio:
Flyover Nurtanio sepanjang 550 meter sejatinya dirancang untuk mengurai kepadatan lalu lintas yang kerap terjadi akibat pertemuan arus kendaraan dari arah Cimahi, Andir, serta pusat Kota Bandung. Proyek ini dimulai sejak Januari 2024. Namun, hingga pertengahan Juni 2025 ini, proyek tersebut belum juga rampung.
“Kalau saya sebagai warga merasa terganggu, pertama bikin macet kedua banyak debu, jalanan sempit. Buat berangkat kerja itu menghambat banget,” ucap Aziz salah seorang warga saat diwawancarai, Senin (16/6).
“Sering lewat sini, pasti macet apalagi sore dan pagi hari,” imbuhnya.
Aziz menyebut, pembangunan Flyover sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Awalnya setahu Aziz, proyek tersebut akan selesai di akhir tahun 2024 lalu. Karena itu, dia mengharapkan pengerjaan kontruksi bisa segera diselesaikan.
“Harapannya supaya cepat selesai, biar nggak macet lagi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Yuyun, warga lainnya. Yuyun mengeluhkan pengerjaan flyover yang tak kunjung rampung. Dampaknya selain kemacetan, Yuyun menyebut jalan menjadi hancur karena sering dilalui kendaraan berat.
“Gak selesai-selesai dari Januari tahun kemarin. Kalau kabarnya Juni ini selesai. Dampaknya macet bukan main, pagi siang sore macet. Jalan juga hancur itu sebelah sana. Warga mah maunya cepat selesai,” singkat Yuyun.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan angkat bicara soal lambannya progres pembangunan flyover Nurtanio yang hingga pertengahan Juni 2025 belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian.
Farhan menyebut, proyek tersebut sebagai ‘misteri’ yang belum terpecahkan, seraya menegaskan bahwa pemerintah kota akan segera meminta klarifikasi langsung ke pemerintah pusat soal proyek tersebut.
“Ada satu titik di Kota Bandung yang sampai sekarang masih misterius kenapa tidak diselesaikan, yaitu jembatan layang di daerah Nurtanio,” ujar Farhan saat diwawancarai, Senin (16/6/2025).
Flyover Nurtanio yang digadang-gadang mampu mengurai kemacetan di kawasan utara Bandung, justru menjadi biang keruwetan baru akibat penyempitan jalur dan pekerjaan konstruksi yang lambat.
Farhan menyayangkan, ketidakjelasan informasi soal proyek yang diketahui merupakan tanggung jawab pemerintah pusat tersebut.
“Kita tidak mau berspekulasi kenapa, tapi yang saya tahu pasti itu adalah proyek dari pemerintah pusat. Maka kami akan bertanya nanti,” katanya.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Ia mengakui, masyarakat tak peduli siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek tersebut. Yang pasti, kata Farhan, masyarakat menginginkan agar proyek segera diselesaikan.
“Kalau masyarakat nggak mau tahu, pokoknya pemerintah aja, mau pusat, mau kota, mau provinsi, yang penting mah beres,” kata Farhan.
Farhan pun menegaskan bahwa Pemerintah Kota Bandung tidak akan melepaskan tanggung jawab begitu saja, meskipun kewenangan proyek ada di tangan pemerintah pusat.
“Makanya saya tidak akan mengatakan itu bukan punya kami, itu punya kami-pemerintah. Tapi memang yang punya kewenangan pemerintah pusat,” ujarnya.
Sebagai bentuk konkret, Farhan berencana menemui perwakilan pemerintah pusat pada Kamis mendatang untuk meminta kepastian soal nasib proyek tersebut.
“Untuk itu nanti hari Kamis akan menghadap pemerintah pusat untuk menanyakan apakah akan diselesaikan atau tidak. Kalau mau diselesaikan, kapan?,” tegasnya.
Disinggung soal lambatnya pengerjaan flyover Nurtanio, hingga saat ini Farhan mengaku, belum mendapatkan informasi apapun terkait penyebab keterlambatan pembangunan.
“Belum (ada informasi),” tutup Farhan.
Diketahui, proyek pembangunan flyover Nurtanio dimulai pada Januari 2024 dan ditargetkan rampung pada November 2024. Namun target itu meleset karena kendala pembebasan lahan yang berjalan bersamaan dengan proses konstruksi.
Kemudian pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jakarta-Jawa Barat sebagai penanggungjawab pengerjaan proyek menyatakan, pengerjaan proyek senilai Rp63 miliar itu akan selesai di akhir Mei 2025.