Suasana Gedung Moh Toha di Soreang, Kabupaten Bandung, tampak berbeda pada Selasa (21/10/2025). Ribuan tenaga Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memenuhi ruangan dengan semangat yang sama, memastikan setiap anak penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapatkan makanan aman, bergizi, dan higienis.
Pelatihan bertajuk ‘Pencanangan Nasional Gerakan Pembinaan Laik Higiene Sanitasi (LHS) dan Pelatihan Keamanan Pangan Siap Saji’ ini menjadi bagian dari langkah besar pemerintah untuk mencegah kasus keracunan makanan yang sempat terjadi di beberapa daerah.
Kegiatan ini digelar atas kerja sama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung, Badan Gizi Nasional (BGN), dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Para peserta, mulai dari petugas lapangan hingga pengelola dapur.
Kabupaten Bandung sendiri tercatat telah memiliki 155 SPPG aktif yang menjadi bagian dari pelaksanaan program prioritas Presiden Prabowo Subianto. Jumlah tersebut menyerap ribuan tenaga kerja baru di bidang penyediaan pangan sehat bagi masyarakat.
“Itu suatu pekerjaan yang luar biasa loh. Ingat ya, kalau kita bikin catering, ingat loh yang bikin ini ada orang yang sudah pengalaman, ada yang ingin. Maka harus dituntun dibina,” ujar Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus, yang hadir langsung dalam kegiatan tersebut.
Bukan hanya jumlah SPPG yang berkembang, program MBG di Kabupaten Bandung juga telah mencapai hasil signifikan. Menurut data terbaru, sebanyak 500 ribu penerima manfaat telah menikmati program ini, mendekati target 1,2 juta orang.
“Jadi sudah hampir 35 persen Kabupaten Bandung sudah menerima manfaat daripada program makan bergizi gratis,” katanya.
Namun, Benjamin menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap SPPG baru yang akan beroperasi. Ia meminta agar proses seleksi dan verifikasi dilakukan dengan disiplin sebelum mereka benar-benar berjalan.
“Ibu Kadinkes Kabupaten Bandung kami minta sebelum berdasarkan standar kelayakan belum jalan, SPPG itu tidak boleh jalan. SPPG yang baru ya, yang baru mau baru mau buka. Kalau yang sudah buka ya kan mereka udah jalan,” jelasnya.
Benjamin juga menyoroti bahwa kasus keracunan yang sempat mencuat sebenarnya hanya terjadi di sebagian kecil wilayah.
“Dari 514 kabupaten, ini hanya kejadian di 112 kabupaten. Yang 400 kabupaten enggak ada kasus satu pun. Jadi berapa banyak provinsi enggak ada masalah keracunan. Jadi intinya yang kurang kita perbaiki,” ucapnya.
Pelatihan ini pun menjadi salah satu langkah konkret untuk memperkuat sistem keamanan pangan. Sebanyak 7.000 peserta se-Kabupaten Bandung mengikuti pelatihan agar dapat memperoleh Sertifikat Laik Higienis Sanitasi (SLHS) dari Dinas Kesehatan.
“Hari ini dilatih bagaimana penjamah makanan ini dilatih terlebih dahulu. Sehingga nanti apabila para penjamah yang disebar di SPPG itu sudah dilatih. Maka nanti akan terbit SLHS Sertifikat Laik Higienis Sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan,” ucap Bupati Bandung Dadang Supriatna.
Dadang menekankan, peningkatan kompetensi bagi pengelola pangan siap saji di sekolah, pesantren, dan lembaga sosial menjadi langkah penting untuk menjamin keamanan dan kualitas makanan bagi anak-anak.
“Semoga langkah kita hari ini menjadi awal dari transformasi besar dalam penyediaan pangan yang bergizi, aman, dan higienis bagi seluruh anak-anak Indonesia dalam upaya mempersiapkan generasi emas Indonesia,” pungkasnya.