5 Teks Ceramah dan Khutbah Jumat Tema Maulid Nabi, Lengkap dengan Dalilnya

Posted on

Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi setiap tahunnya diperingati pada 12 Rabiul Awal, yang jatuh pada bulan ketiga pada kalender Islam. Bila dikonversi ke kalender masehi, tahun ini Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada Jumat, 5 September 2025.

Karena bertepatan dengan hari Jumat, momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat dijadikan tema khutbah Jumat. Di antaranya seperti keteladanan sifat-sifat Rasulullah, hingga hikmah dalam merayakan hari lahir beliau.

Simak beberapa contoh khutbah Jumat dan ceramah singkat dengan tema Maulid Nabi Muhammad SAW yang disarikan dari berbagai sumber.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yakni takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan takwa, kita akan diberi solusi oleh Allah di setiap problematika hidup yang kita alami, juga akan ada rezeki melimpah yang datang kepada kita tanpa kita sangka-sangka.

Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal, bulan mulia di mana penutup para nabi dan rasul dilahirkan ke dunia ini. Ya, beliaulah Baginda Besar Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Nabi akhir zaman, tidak ada lagi nabi-nabi setelahnya.
Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,
Di bulan Maulid ini, seyogianya bagi kita untuk banyak-banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena telah mengutus seorang nabi yang menjadi suri teladan yang mulia.

Nabi diutus ke muka bumi ini tak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah al-Anbiya ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Imam Ibnu ‘Abbas menyebutkan dalam tafsirnya, siapa yang menerima ajaran kasih sayang yang dibawa Nabi dan mensyukurinya, maka ia akan bahagia hidupnya. Sebaliknya, siapa yang menolak dan menentangnya, maka merugilah hidupnya.

Kasih sayang yang ditebarkan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bukanlah hanya ucapan semata, akan tetapi dalam hidup keseharian beliau praktikkan dan implementasikan dengan nyata. Kasih sayang ini bentuknya universal kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Bahkan kepada orang musyrik pun Nabi Saw berlaku santun dan mengasihi.

Tidakkah kita mengingat bagaimana dahulu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam ketika hijrah ke Thaif untuk menghindari permusuhan dari kaumnya, namun ternyata di sana malah mendapat perlakuan yang kasar dan permusuhan yang lebih parah hingga Nabi dilempari batu.

Kala itu, malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Nabi, apabila dibolehkan maka ia akan membenturkan kedua gunung di antara kota Thaif, sehingga orang yang tinggal di sana akan wafat semua. Namun apa sikap Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam?

Nabi berucap, “Andai mereka saat ini tidak menerima Islam, semoga anak cucu mereka adalah orang yang menyembah-Mu ya Allah! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak tahu…”

Dikisahkan juga dalam hadis riwayat Shahīh Muslim, pada suatu hari, datang seorang sahabat berkata kepada Nabi, “Wahai Nabi! Doakanlah keburukan atau laknat bagi orang-orang musyrik. Kemudian Nabi menjawab, “Sungguh, aku tidaklah diutus sebagai seorang pelaknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat!”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Di antara sifat mulia Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang perlu kita teladani juga adalah sifat pemaafnya. Ingatlah kisah ketika Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam perang Uhud bersama kaum Muslimin, kala itu pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib ikut berperang. Di tengah peperangan, pamannya terbunuh oleh Wahsyi, seorang budak berkulit hitam.

Wahsyi tidak hanya membunuhnya dengan menghunuskan pedang begitu saja dan selesai, namun ia mencabik-cabik isi perutnya juga.
Hal ini membuat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sangat sedih, sakit hati dan marah. Bayangkan! Paman yang begitu dicintainya wafat dengan cara mengenaskan seperti itu.

Akan tetapi, ketika Wahsyi menyatakan diri di hadapan Nabi untuk masuk Islam. Nabi pun memaafkannya, meski beliau tidak mau melihat wajah Wahsyi lagi sebab akan terus mengingatkannya kepada peristiwa terbunuhnya pamannya.

Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,

Mengenai sifat memaafkan, sungguh Allah telah berfirman dalam surat Al-A’raf Ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”

Apabila kita menjadi pribadi yang memiliki sifat pemaaf, maka dapat kita rasakan lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat menjadi damai, tidak ada dendam yang terjadi di antara manusia. Itulah kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam.

Semoga di bulan Maulid ini kita dapat meneladani sifat dan akhlak mulia Rasulullah, yang mana dalam mencontoh dan menerapkan akhlaknya terdapat kemaslahatan yang akan kita dapatkan, baik di dunia maupun di akhirat.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Jumat ini membahas tentang Keistimewaan Nabi Muhammad di dalam Al-Quran. Beirikut isinya:

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ࣖ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan sekaligus keimanan kepada Allah SWT. Wujud ketaqwaan adalah menguatkan dan melakukan komitmen untuk menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apapun yang dilarang oleh Allah SWT. Sedangkan wujud keimanan adalah meningkatkan keyakinan kepada 6 hal yakni yakin pada Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari Kiamat, dan Takdir baik dan buruk dari Allah SWT.

Iman dan taqwa ini lah yang akan menjadi rambu-rambu dalam perjalanan hidup kita di dunia dan diharapkan kita akan bahagia di akhirat kelak nanti. Amin.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk mentadabburi ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Hal ini penting untuk meningkatkan keimanan kita kepada Nabi Muhammad yang merupakan manusia mulia, pembawa risalah mulia, yang membawa umat Islam meraih kemuliaan. Terlebih saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan dilahirkannya Nabi Muhammad Saw dan sering disebut sebagai bulan Maulid.

Keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad yang pertama disebut dalam Al-Qur’an Surat Al Ahzab ayat 56 yakni:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kita diperintahkan untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad. Jangankan kita manusia, Allah dan para malaikat-Nya pun bershalawat kepada Nabi Muhammad. Inilah bukti yang menunjukkan keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad di banding manusia lain di muka bumi ini.

Selanjutnya, keistimewaan Nabi disebutkan dalam Surat Al-Ahzaab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah adalah sosok yang paling pantas diteladani dalam seluruh aspek diri dan kehidupannya. Banyak kisah yang meriwayatkan tentang kemuliaan akhlak dan pribadi Nabi.

Bukan saja kepada para sahabat dan orang-orang dekatnya, namun akhlak mulianya juga ditunjukkan kepada orang-orang yang menyakiti dan membencinya. Keluhuran akhlak nabi ini sesuai dengan misi utamanya diutus oleh Allah yakni untuk memperbaiki akhlak manusia.

Rasulullah bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخَلاقِ

Artinya: “Sungguh aku diutus menjadi Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Baihaqi dan Hakim)

Keistimewaan selanjutnya dari Nabi Muhammad termaktub dalam Surat Al-Ahzab ayat 40 :

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

Artinya: “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dari ayat ini kita diingatkan bahwa Nabi Muhammad merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah di muka bumi ini. Keistimewaan ini harus kita yakini dan jika ada seseorang yang mengaku sebagai Nabi atau utusan Allah di zaman ini dan selanjutnya sampai hari kiamat, maka itu adalah sebuah kepalsuan belaka.

Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang menyempurnakan ajaran-ajaran Allah yang telah dibawa oleh para Nabi sebelumnya. Sehingga Islam merupakan agama yang paling sempurna yang harus kita pegang teguh sampai akhir hayat kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Selanjutnya, keistimewaan Nabi Muhammad disebutkan dalam Al-Qur’an surat Anbiya ayat 107:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Artinya: “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kehadiran Nabi Muhammad di muka bumi ini bukan saja menjadi pembawa rahmat bagi umat Islam saja. Nabi Muhammad dengan Islam sebagai ajarannya, diturunkan ke bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Predikat ini tidak dimiliki oleh nabi-nabi pada umumnya sebelum Nabi Muhammad Saw.

Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya yang mengutip Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Rasullullah diutus sebagai bentuk kasih sayang kepada seluruh umat manusia, baik yang mukmin atau bukan. Bagi orang mukmin, dengan berkat keimanan dan amal perbuatannya mereka akan mendapat balasan surga.

Sementara bagi orang yang tidak beriman akan memperoleh rahmat dalam bentuk tidak mendapat siksa kontan di dunia sebab mengingkari Rasulullah. Berbeda dengan umat nabi-nabi sebelumnya yang akan langsung mendapat siksa di dunia jika tidak beriman kepada utusan Allah.

Dengan keistimewaan ini, maka kelahiran dan kehadiran Nabi Muhammad merupakan sebuah karunia yang besar yang harus disyukuri dan dirayakan. Di bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan kelahiran Nabi ini, sudah semestinya kita memperbanyak shalawat dengan mengadakan kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus: 58)

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa hendaknya kita sebagai umat Nabi Muhammad bergembira atas kelahiran Nabi yang dalam wujudnya kita rayakan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Selain sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi, peringatan Maulid juga merupakan cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam ibadah seperti membaca Al-Qur’an, bershalawat, bersedekah, membaca sirah Nabi, dan juga berdzikir mengingat Allah Swt dalam perayaan tersebut.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Demikian tadi beberapa bukti keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang tidak ada keraguan di dalamnya. Semoga bisa menambah pemahaman kita dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad. Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya di yaumil kiamat nanti. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga malam hari ini kita bisa berkumpul untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Peringatan Maulid ini sering kali kita maknai sebatas mengenang kelahiran Rasulullah. Padahal lebih dari itu, Maulid seharusnya menjadi pengingat agar kita meneladani sosok yang diutus Allah sebagai rahmat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Wa mā arsalnāka illā rahmatan lil-‘ālamīn”
(Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam).
– QS. Al-Anbiya: 107

Ayat ini memberi pesan jelas: keberadaan Nabi Muhammad SAW bukan hanya rahmat bagi umat Islam, melainkan bagi seluruh manusia, bahkan alam semesta. Artinya, setiap langkah hidup beliau, mulai dari cara beliau berinteraksi dengan keluarga, sahabat, bahkan dengan musuh, adalah pancaran rahmat yang bisa kita jadikan teladan.

Hadirin yang mulia,

Keteladanan Nabi Muhammad SAW disebutkan pula oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah, hari kiamat, dan banyak mengingat Allah.”

Ayat ini menjadi penegasan bahwa siapa pun yang ingin hidupnya penuh berkah dan selamat dunia akhirat, ia harus mencontoh akhlak Rasulullah. Lalu pertanyaan bagi kita: seperti apa akhlak Nabi itu?

Hadirin yang berbahagia,
Rasulullah sendiri bersabda dalam hadis riwayat Muslim:

“Innamā bu’itstu li utammima makārim al-akhlaq.”
(Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).

Jadi misi kerasulan bukan sekadar menyampaikan wahyu, tapi benar-benar membentuk peradaban melalui akhlak mulia. Itulah mengapa jauh sebelum diangkat sebagai rasul, Nabi Muhammad SAW sudah digelari oleh masyarakat Quraisy sebagai Al-Amīn, orang yang dapat dipercaya.

Gelar ini tercatat dalam Sirah Ibnu Hisyam, di mana orang Quraisy menyerahkan barang-barang berharga mereka kepada beliau, karena yakin Muhammad tidak akan berkhianat.

Hadirin rahimakumullah,

Salah satu teladan akhlak terbesar Nabi bisa kita lihat pada peristiwa Fathu Makkah. Setelah bertahun-tahun disakiti, diusir, bahkan diperangi oleh orang Quraisy, Nabi justru masuk ke Mekah dengan penuh kerendahan hati. Bayangkan, saat itu Rasulullah memiliki kekuatan untuk membalas dendam, tapi apa yang beliau lakukan?

Dalam riwayat Sirah Ibnu Hisyam (jilid 4, hlm. 54) disebutkan bahwa Rasulullah berkata kepada orang Quraisy:

“Menurut kalian, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Mereka menjawab: “Engkau adalah saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia.”
Rasulullah pun bersabda:
“Idhhabū fa antum al-ṭulaqā’.”
(Pergilah, kalian semua bebas).
Kalimat inilah yang membuat penduduk Mekah disebut ath-Ṭulaqā’, orang-orang yang dibebaskan. Inilah bukti nyata bahwa Rasulullah adalah pribadi yang penuh pemaaf.

Hadirin sekalian,

Teladan Rasulullah bukan hanya tampak ketika berhadapan dengan musuh, tetapi juga dalam kehidupan keluarga. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah sangat menyayangi cucunya, Hasan dan Husain.

Beliau sering memangku mereka dan bahkan mencium mereka di hadapan para sahabat. Ketika ada sahabat merasa heran karena dirinya tidak pernah mencium anaknya, Rasulullah menjawab:

“Man lā yarham lā yurham.”
(Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.) – HR. Bukhari dan Muslim

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dari semua keteladanan ini, kita belajar bahwa meneladani Rasulullah tidak harus dengan hal-hal besar, tapi bisa dimulai dari yang sederhana: jujur dalam perkataan, amanah dalam pekerjaan, sabar dalam ujian, adil dalam bersikap, serta pemaaf dalam menghadapi kesalahan orang lain.

Peringatan Maulid kali ini menjadi cermin bagi kita semua: sejauh mana kita sudah mencontoh Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari? Jangan sampai kita hanya meramaikan peringatan, tetapi lupa mengamalkan ajaran beliau.

Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk selalu mengikuti jejak Rasulullah SAW, dan semoga kelak kita semua mendapat syafaat beliau di hari kiamat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat iman dan Islam, serta mengizinkan kita berkumpul pada malam penuh berkah ini dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.

Hadirin yang berbahagia,

Peringatan Maulid Nabi pada hakikatnya adalah momen untuk merenungkan kembali: apa arti kehadiran Rasulullah bagi kehidupan kita? Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:

“Wa mā arsalnāka illā rahmatan lil-‘ālamīn.”
(Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam)- QS. Al-Anbiya: 107

Rahmat itu tidak hanya berupa ajaran ibadah, tetapi juga dalam bentuk kepemimpinan, kebijaksanaan, dan strategi Nabi dalam membangun masyarakat yang beradab. Rasulullah bukan sekadar pemimpin agama, tetapi juga seorang kepala negara di Madinah, panglima perang, sekaligus pembimbing umat.

Hadirin rahimakumullah,

Keteladanan Rasulullah sebagai pemimpin sangat jelas terlihat ketika beliau memimpin masyarakat Madinah. Begitu hijrah, beliau tidak langsung menegakkan kekuasaan, tetapi membangun persaudaraan (ukhuwah) antara kaum Muhajirin dan Anshar.

Beliau juga membuat Piagam Madinah, sebuah kesepakatan bersama antara umat Islam, Yahudi, dan suku-suku lainnya. Para sejarawan, termasuk Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah, mencatat piagam ini sebagai konstitusi tertulis pertama di dunia yang menjamin kebebasan beragama dan hidup berdampingan secara damai. Inilah teladan besar yang patut kita ikuti, yakni tentang kepemimpinan Rasulullah yang tidak mendiskriminasi, tetapi merangkul semua pihak.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Dalam memimpin, Rasulullah selalu mengedepankan musyawarah. Allah berfirman:

“…dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka…” – QS. Asy-Syura: 38

Ayat ini tercermin dalam sikap Nabi. Dalam perang Uhud, misalnya, Rasulullah menerima pendapat mayoritas sahabat muda yang ingin keluar dari Madinah meskipun beliau sendiri cenderung bertahan di dalam kota. Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati tidak memaksakan kehendaknya, tetapi mendengar aspirasi umat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Rasulullah juga memberikan teladan keberanian dan tanggung jawab. Dalam perang Hunain, ketika pasukan Muslim sempat mundur karena kaget diserang mendadak, Rasulullah tetap maju ke depan sambil berseru:

“Ana an-nabiyyu la kadzib, ana ibn ‘Abdil Muththalib.”
(Akulah Nabi, ini bukan dusta; aku adalah cucu Abdul Muththalib) – HR. Muslim

Keteguhan beliau membuat para sahabat kembali bersemangat hingga akhirnya meraih kemenangan. Dari sini kita belajar, seorang pemimpin sejati adalah yang paling berani menanggung risiko, bukan yang bersembunyi di balik pengikutnya.

Hadirin sekalian,

Jika kita meneladani Nabi Muhammad SAW dalam kepemimpinan, maka kita akan menjadi pribadi yang adil, bijaksana, dan mampu membawa perubahan. Mulai dari memimpin diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan sekitar. Karena setiap kita pada hakikatnya adalah pemimpin. Rasulullah bersabda:

“Kullukum rā’in wa kullukum mas’ūl ‘an ra’iyyatihi.”
(Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya) – HR. Bukhari dan Muslim

Maka, seorang ayah adalah pemimpin dalam keluarganya, seorang ibu adalah pemimpin dalam rumah tangganya, seorang guru adalah pemimpin di kelasnya, dan bahkan seorang anak pun adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Semoga dengan memperingati Maulid Nabi, kita tidak hanya mengenang kelahiran beliau, tetapi juga mengambil teladan dari kepemimpinan dan kebijaksanaan beliau. Mari kita berusaha menjadi pemimpin yang amanah, adil, dan penuh kasih sayang sebagaimana Rasulullah SAW. Dengan begitu, kita bisa menghadirkan sedikit dari cahaya rahmat yang dibawa Nabi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yakni takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan takwa, kita akan diberi solusi oleh Allah di setiap problematika hidup yang kita alami, juga akan ada rezeki melimpah yang datang kepada kita tanpa kita sangka-sangka.

Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal, bulan mulia di mana penutup para nabi dan rasul dilahirkan ke dunia ini. Ya, beliaulah Baginda Besar Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam. Nabi akhir zaman, tidak ada lagi nabi-nabi setelahnya.

Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Di bulan Maulid ini, seyogianya bagi kita untuk banyak-banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena telah mengutus seorang nabi yang menjadi suri teladan yang mulia. Nabi diutus ke muka bumi ini tak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah al-Anbiya ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

Imam al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya menyebutkan sebab disebutnya pengutusan Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam sebagai rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam ialah karena diutusnya Nabi ke seluruh dunia di muka bumi ini menjadi sumber kebahagiaan dan kebaikan bagi kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak.

Imam Ibnu ‘Abbas menyebutkan dalam tafsirnya, siapa yang menerima ajaran kasih sayang yang dibawa Nabi dan mensyukurinya, maka ia akan bahagia hidupnya. Sebaliknya, siapa yang menolak dan menentangnya, maka merugilah hidupnya. Kasih sayang yang ditebarkan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bukanlah hanya ucapan semata, akan tetapi dalam hidup keseharian beliau praktikkan dan implementasikan dengan nyata.

Kasih sayang ini bentuknya universal kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Bahkan kepada orang musyrik pun Nabi Saw berlaku santun dan mengasihi. Tidakkah kita mengingat bagaimana dahulu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam ketika hijrah ke Thaif untuk menghindari permusuhan dari kaumnya, namun ternyata di sana malah mendapat perlakuan yang kasar dan permusuhan yang lebih parah hingga Nabi dilempari batu.

Kala itu, malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Nabi, apabila dibolehkan maka ia akan membenturkan kedua gunung di antara kota Thaif, sehingga orang yang tinggal di sana akan wafat semua. Namun apa sikap Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam? Nabi berucap andai mereka saat ini tidak menerima Islam, semoga anak cucu mereka adalah orang yang menyembah-Mu ya Allah! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak tahu…

Dikisahkan juga dalam hadis riwayat Shahīh Muslim, pada suatu hari, datang seorang sahabat berkata kepada Nabi, “Wahai Nabi! Doakanlah keburukan atau laknat bagi orang-orang musyrik. Kemudian Nabi menjawab,

“Sungguh, aku tidaklah diutus sebagai seorang pelaknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat!”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Di antara sifat mulia Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang perlu kita teladani juga adalah sifat pemaafnya. Ingatlah kisah ketika Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam perang Uhud bersama kaum Muslimin. Kala itu pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib ikut berperang.

Di tengah peperangan, pamannya terbunuh oleh Wahsyi, seorang budak berkulit hitam. Wahsyi tidak hanya membunuhnya dengan menghunuskan pedang begitu saja dan selesai, namun ia mencabik-cabik isi perutnya juga.

Hal ini membuat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam sangat sedih, sakit hati dan marah. Bayangkan! Paman yang begitu dicintainya wafat dengan cara mengenaskan seperti itu. Akan tetapi, ketika Wahsyi menyatakan diri di hadapan Nabi untuk masuk Islam, Nabi pun memaafkannya, meski beliau tidak mau melihat wajah Wahsyi lagi sebab akan terus mengingatkannya kepada peristiwa terbunuhnya pamannya.

Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,

Mengenai sifat memaafkan, sungguh Allah telah berfirman dalam surat Al-A’raf Ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”

Apabila kita menjadi pribadi yang memiliki sifat pemaaf, maka dapat kita rasakan lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat menjadi damai, tidak ada dendam yang terjadi di antara manusia. Itulah kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam.

Semoga di bulan Maulid ini kita dapat meneladani sifat dan akhlak mulia Rasulullah, yang mana dalam mencontoh dan menerapkan akhlaknya terdapat kemaslahatan yang akan kita dapatkan, baik di dunia maupun di akhirat.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Demikian ulasan mengenai contoh-contoh khutbah Jumat maupun ceramah singkat yang bisa disampaikan di momen Maulid Nabi Muhammad SAW, dengan tema seputar teladan akhlak Rasulullah. Semoga bermanfaat!

1. Contoh Khutbah Jumat tentang kasih sayang Rasulullah

2. Contoh Khutbah Jumat tentang Keistimewaan Rasulullah dalam Al-Quran

3. Contoh Ceramah Singkat tentang Keteladanan Rasulullah SAW.

4. Contoh Ceramah Singkat tentang Rasulullah SAW sebagai Pemimpin Umat

5. Contoh Khutbah Jumat tentang Rasulullah sebagai Pembawa Rahmat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *