4.000 Penerima Manfaat MBG Keluhkan Sakit, BGN Akan Evaluasi

Posted on

Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat ribuan penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) mengeluhkan sakit setelah menyantap menu yang disediakan. Meski demikian, evaluasi terus dilakukan agar program prioritas Presiden Prabowo Subianto itu tetap berjalan sesuai target.

Program MBG menyasar pelajar dari tingkat PAUD, SD, SMP, hingga SMA. Selain itu, ibu hamil dan lansia juga menjadi penerima manfaat.

“Iya gini, memang itu satu hal yang masih terjadi dan kita usahakan supaya tidak ada kejadian. Menurut laporan, itu kan ada 4.000 ya yang terdampak sakit,” ujar Kepala BGN, Dadan Hindayana, di Desa Rancamulya, Kecamatan Pameungpeuk, Selasa (9/9/2025).

Dadan menegaskan, meski ada kasus sakit, jumlahnya relatif kecil dibandingkan total produksi makanan MBG.

“Tapi jangan lupa BGN itu sampai sekarang sudah masak sekitar 666 juta porsi makan yang sudah diproduksi oleh SPPG,” katanya.

Menurutnya, mayoritas porsi makanan yang disajikan aman dikonsumsi.

“Jadi 666 juta itu saya kira dimakan dengan aman dan sehat. Memang masih ada 4.000 porsi yang menimbulkan sakit kepada anak. Ya, tapi kita sedang usahakan agar itu tidak tidak terjadi,” jelasnya.

BGN kini memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, hingga Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Tujuannya agar pengawasan terhadap jalannya program MBG lebih ketat.

“Kita semua untuk sama-sama ikut mengawasi program ini agar tidak lagi kejadian hal-hal yang tidak diinginkan,” ucap Dadan.

Selain makanan, BGN juga memastikan kelayakan nampan atau ompreng yang digunakan dalam penyajian MBG. Sejak 2024, verifikasi peralatan makan dilakukan bersama Asosiasi Pengusaha Peralatan Dapur dan Alat Makan.

“Saya mengundang Asosiasi Pengusaha Peralatan Dapur dan Alat Makan dan saya kunjungi pabriknya. Tolong cetak ompreng ini karena nanti akan banyak sekali kita gunakan di tahun 2025,” beber Dadan.

Produksi nampan dalam negeri saat ini mencapai 11 juta unit per bulan. Namun kebutuhan mencapai 80 juta per bulan.

“Jadi, kalau sekarang ada September, Oktober, November, Desember 4 bulan, produksi dalam negeri 4 kali 11 juta lebih tinggal dikalikan. Itu paling mentok di 50 juta. Sementara kita butuh itu 80 juta nampan,” jelasnya.

Untuk menutupi kekurangan, BGN terpaksa melakukan impor, meski pada tahun berikutnya kebutuhan akan sepenuhnya dipenuhi produk dalam negeri.

“Tapi kita akan mengadakan untuk ke bangunan yang dibangun oleh APBN termasuk di daerah Rp 3 Triliun. Nah, seluruh yang dibeli dengan APBN kita beli dari produksi dalam negeri,” pungkasnya.

666 Juta Porsi Sudah Dimasak

Perkuat Koordinasi dan Pengawasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *