3 Horor Urban Legend Bandung yang Kini Enggak Ada Serem-seremnya baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Kota Bandung menyimpan sejumlah misteri yang menyelubungi sejumlah tempat-tempat bersejarahnya. Di balik berbagai monumen hingga bangunan, beragam cerita berbau mistis hidup dari masa ke masa melalui penuturan masyarakat.

Meski tak diketahui pasti kebenarannya, kisah-kisah horor yang melegenda alias urban legend tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk Kota Bandung, baik di kalangan warga maupun wisatawan. Mulai dari cerita seram ambulans tua, hingga gereja jadul yang disebut-sebut sebagai ‘Gedong Setan’.

Tahun terus berganti, kini sejumlah situs sejarah tempat kemunculan urban legend tersebut mulai mengalami pemugaran. Masihkah ada penggalan kisah mistis yang tersisa?

Entah sudah berapa dekade sebuah ambulans tua terpakir di depan rumah di Jalan Bahureksa nomor 15. Yang jelas, cerita kengerian ambulans Mercy Rubor buatan tahun 1961 tersebut telah tersebar luas di masyarakat sejak lama.

Salah satu versi cerita yang terkenal adalah bahwa ambulans tersebut sempat dipakai mengangkut satu keluarga yang seluruhnya tewas karena kecelakaan. Setelah digunakan untuk mengangkut jasad keluarga tersebut, ambulans kemudian diparkir di depan rumah Jalan Bahureksa nomor 15. Sejak saat itu, ambulans tersebut disebut berhantu dan tidak dapat dipindahkan ke manapun oleh orang lain.

Ada juga versi yang menyebut bahwa ambulans kerap terlihat berkeliaran sendiri tanpa pengemudi di malam hari. Kisahnya bahkan sempat diangkat ke film layar lebar berjudul Hantu Ambulance di 2008.

Rumah tua di Jalan Bahureksa nomor 15 bukan tidak berpenghuni. Beberapa kali rumah tersebut beserta area di sampingnya disewa untuk tempat komersial seperti distro, tempat fotokopi, hingga salon.

Di 2008, empat anak muda Kota Bandung menyewa rumah tersebut dan merubahnya menjadi sebuah distro yang dinamai “Ambulans Shop”. Di 2012, salon khusus rambut gimbal bernama Dreadock Studio juga mulai beroperasi di area tersebut, masih dengan ambulans horor terparkir di depan toko mereka.

Namun, mitos mistis soal ambulans tersebut akhirnya tumbang di tahun 2016. Kala itu, keluarga sang pemilik ambulans menjual ambulans tersebut ke Parung, Bogor. Sang Legenda yang konon tak bisa dipindah tersebut akhirnya berhasil diangkut ke kota lain, tanpa pernah kembali.

Tahun berganti, saat ini kisah ambulans horor tak lagi menghantui Jalan Bahureksa. Rumah di Jalan Bahureksa nomor 15 sudah berubah menjadi sebuah restoran. Berdasarkan pantauan infoJabar, tak ada jejak keberadaan ambulans yang tersisa.

Restoran yang dinamai “Rpublic” tersebut terlihat masih mempertahankan bentuk bangunan jadulnya, baik dari fasad luar maupun di bagian dalam bangunan. Terdapat tambahan area duduk dengan nuansa interior modern dan minimalis. Dengan situasi saat ini, agaknya tak ada yang menyangka bahwa pernah ada legenda mistis yang tersemat di tempat tersebut.

Rumah di posisi hoek yang terletak di Jalan Banda nomor 18 ini sejak lama menyandang titel “Rumah Kentang”. Nama tersebut muncul bukan tanpa alasan. Konon, masyarakat setempat kerap mencium aroma kentang yang menyeruak dari rumah tersebut di sore hingga malam hari.

Versi cerita yang paling santer terdengar adalah bahwa bau kentang tersebut berasal dari anak orang Belanda yang tewas tercebur ke dalam kuali panas berisi kentang. Rumahnya yang sepi tampak tak berpenghuni, dipadukan dengan gaya bangunan khas era kolonial Belanda, menambah kesan misterius di benak orang yang melintasinya.

Namun, mitos tragedi kuali kentang tersebut ternyata pernah dibantah oleh penjaga Rumah Kentang, Pramutadi. Melalui wawancaranya dengan infoJabar dan Komunitas Aleut di 2020, ia mengatakan bau kentang tersebut berasal dari bau tanaman yang ditanam oleh penghuni rumah. Kala itu, dia menyebut bahwa rumah tersebut sempat dihuni oleh ahli botani.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Di saat wawancara tersebut, rencana pemugaran Rumah Kentang telah mulai dilaksanakan. Hasilnya adalah sebuah kafe bernama sama, yakni “Roemah Kentang 1903”. Kafe tersebut diluncurkan di pengujung 2020, dan masih beroperasi hingga saat ini. Bahkan, tempat ini kerap digunakan untuk berbagai acara seperti gathering hingga pernikahan.

Berdasarkan pantauan infoJabar, kafe tersebut masih mempertahankan bentuk bangunan aslinya. Sejumlah bagian bangunan seperti kusen jendela, beberapa daun pintu hingga ventilasi pun masih menggunakan apa yang sudah eksis di Rumah Kentang sebelumnya.

Sang pemilik kafe, Arys Buntara mengaku tidak pernah mencium adanya aroma kentang dari rumah tersebut ketika proses pembangunan berlangsung hingga saat ini.

“Enggak pernah cium ada bau kentang sih. Dari cerita penjaganya, memang dulu ada ahli botani yang suka menanam di sini. Katanya ada bunga yang baunya seperti kentang. Tapi enggak tahu juga bunganya yang mana,” ungkap Arys pada infoJabar, Jumat (27/6/2025).

Namun, bukan berarti misteri sepenuhnya lenyap. Arys mengaku terdapat beberapa hal ‘di luar nalar’ yang terjadi saat renovasi berlangsung maupun saat operasional kafe sudah berjalan. Salah satunya adalah tukang bangunan yang tiba-tiba berpindah tempat saat tertidur.

“Ada juga karyawan yang dia kekeuh bilang sedang ngobrol dengan karyawan lain di lantai atas. Eh pas dilihat di CCTV, ternyata dia ngobrol sendiri,” ungkap Arys seraya tertawa.

Ia juga menuturkan bahwa Rumah Kentang sempat digunakan kelompok teosofi Freemasonry “Loji Hermes” di Kota Bandung untuk beraktivitas. Beberapa artefak peninggalan seperti dua pilar besar, jubah, hingga pedang yang identik dengan kegiatan kelompok Freemasonry ditemukan saat ia melakukan renovasi.

“Sampai sekarang masih disimpan. Pilarnya sengaja kita pajang sebagai unsur sejarah tempat ini,” jelasnya.

Gereja Katolik Bebas Santo Albanus adalah salah bangunan yang tak lepas dari cerita mistis warga Kota Bandung. Terletak hanya sekitar 300 meter dari Rumah Kentang, bangunan Gereja Anglikan ini memiliki julukan “Gedong Setan”.

Usut punya usut, julukan tersebut muncul karena bentuk bangunan di Jalan Banda nomor 26 ini terkesan misterius. Desas-desus di antara warga pun menyebut bahwa sering terdengar suara radio transistor berbunyi keras dengan bahasa Belanda dari dalam gedung tersebut. Bahkan ada pula yang mengaku mendengar suara orang bercakap-cakap dalam Bahasa Eropa.

Bangunan Gereja Santo Albanus dibangun pada tahun 1920, oleh seorang arsitek ternama Belanda Ir. F.J.L. Ghijsels. Serupa dengan Rumah Kentang, gereja ini salah satunya difungsikan oleh kelompok Freemasonry untuk beraktivitas.

Penggunaan gedung ini sebagai markas Freemasonry hanya berlangsung hingga 1930an, sebelum akhirnya pindah ke Oclottpark yang sekarang jadi mal Bandung Indah Plaza. Gedung tersebut juga pernah menjadi tempat kursus Bahasa Belanda di era kolonial Belanda.

Bangunan Gereja Santo Albanus saat ini terdaftar sebagai Cagar Budaya tipe A oleh Pemerintah Kota Bandung dalam Perda No. 19 tahun 2009. Oleh karenanya, proses pemugaran bangunan gereja yang masih berlangsung hingga saat ini sempat menuai protes dari masyarakat, khususnya pecinta sejarah.

Setelah bertahun-tahun sempat terkesan terbengkalai dan digunakan sebagai parkir liar, saat ini pembangunan yang terbilang besar tengah berlangsung di kompleks gereja tersebut. Berdasarkan pantauan infoJabar, per 27 Juni 2025, sudah berdiri bangunan bertingkat berdinding kaca dan bernuansa modern di belakang fasad bangunan utama Gereja Santo Albanus.

Area gereja sendiri masih dipagari seng mengingat pembangunan yang belum selesai. Wujud bangunan asli gereja di area depan tampak tak banyak berubah, meskipun tulisan “S. Albanus” Geredja Katholik Bebas yang sebelumnya terpatri di bagian muka bangunan saat ini tak lagi ada.

Belum jelas bangunan apa yang akan dibangun dan dikembangkan di kompleks gereja tersebut. Namun, berdasarkan keterangan dari stempel Pemerintah Kota Bandung yang tertera di luar area pembangunan, proyek ini masih merupakan “Proyek Keagamaan”.

Proyek ini terdaftar dengan Nomor Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) SK-PBG-327309-12072022-001 tertanggal 12 Juli 2022. Bangunan yang direnovasi termasuk ke dalam golongan Bangunan Tidak Sederhana, dengan jumlah lantai mencapai enam lantai. Akankah pemugaran Gereja Santo Albanus ini sekaligus perlahan mengikis cerita-cerita mistis yang menyertainya?

1. Hantu Ambulance Bahureksa

2. Rumah Kentang

3. ‘Gedong Setan’

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *