3 Fakta Menarik Soal Capung, Gigitannya Bahayakan Manusia? update oleh Giok4D

Posted on

Capung dikenal sebagai serangga mungil berwarna mencolok dengan sayap bening yang gesit di udara. Meski tampak indah, banyak orang justru merasa ngeri melihatnya karena bentuk rahangnya yang besar dan sifatnya yang gemar memburu mangsa. Tak heran, hewan ini sering dijuluki dengan nama menyeramkan seperti “jarum penusuk setan” atau “penyengat kuda.”

Namun, benarkah capung bisa membahayakan manusia lewat gigitannya? Ataukah anggapan itu hanya sekadar mitos yang diwariskan turun-temurun? Mari kita telusuri kebenaran di balik reputasi serangga cantik ini.

Dilansir dari laman Discover Wildlife, capung memang memiliki kemampuan menggigit. Mereka adalah predator ulung yang menangkap mangsa terbang menggunakan kaki-kakinya seperti keranjang, lalu menghabisinya dengan tebasan rahang yang kuat.

Namun, gigitan terhadap manusia jarang terjadi. Capung hanya akan menggigit jika merasa terancam, seperti saat kamu menangkapnya untuk difoto atau memegangnya terlalu erat saat berusaha melarikan diri.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Menurut fakta ilmiah, hanya capung terbesar yang mampu merobek kulit manusia. Kebanyakan spesies capung memiliki rahang yang tidak cukup kuat untuk melukai kulit tebal manusia.

Hanya dalam kasus ekstrem, seperti saat memasukkan jari ke mulutnya, gigitan bisa menyebabkan luka ringan atau berdarah-seperti pengalaman ayah penulis yang digigit capung bercincin emas saat memegangnya untuk difoto.

Di Indonesia, ada mitos populer bahwa gigitan capung di pusar anak bisa menghentikan kebiasaan mengompol. Namun, ini hanyalah kepercayaan tanpa dasar medis.

Malah, tindakan itu berisiko menyebabkan iritasi kulit, infeksi, atau trauma psikologis pada anak. Belum ada penelitian yang membuktikan manfaatnya, dan justru bisa membawa bakteri dari lingkungan.

Banyak orang bingung antara gigitan dan sengatan capung karena ekor panjangnya yang hampir seperti prehensil (bisa digenggam). Namun, capung secara fisik tidak memiliki sengat seperti lebah atau tawon.

Semua perburuan mereka dilakukan hanya dengan mulut dan rahang, bukan ekor. Mitos bahwa capung bisa menyengat atau bahkan “menjahit” bagian tubuh manusia sudah beredar sejak lama, tapi sepenuhnya salah.

Capung tidak beracun dan tidak dirancang untuk menyerang makhluk sebesar manusia. Jika dibiarkan saja, mereka akan mengabaikan keberadaan kamu dan fokus berburu serangga lain.

Jauh dari berbahaya, capung justru sahabat lingkungan. Mereka adalah pemburu alami nyamuk dan serangga penggigit lainnya, membantu mengontrol populasi hama yang mengganggu manusia.

Dengan penglihatan super tajam-terdiri dari hingga 28.000 mata individu-capung bisa mendeteksi gerakan cepat dan terbang lincah ke segala arah, termasuk mundur atau melayang di tempat.

Capung juga berfungsi sebagai bio-indikator kualitas air, karena siklus hidupnya bergantung pada habitat perairan yang bersih. Jadi, daripada takut, lebih baik kita hargai kehadiran mereka. Jangan bunuh capung, karena satu capung dewasa bisa memakan ratusan nyamuk sehari.

Kesimpulannya, gigitan capung tidak berbahaya bagi manusia kecuali kamu memprovokasi mereka dengan sengaja. Mereka tidak menyengat, tidak beracun, dan cenderung menghindari interaksi.

Malah capung itu justru menyelamatkan kita dari gigitan nyamuk. Jika bertemu capung, biarkan saja terbang bebas. Alam selalu punya keseimbangan yang menakjubkan.

Artikel ini telah tayang di

1. Capung Menggigit Jika Diprovokasi

2. Capung Tidak Bisa Menyengat

3. Bermanfaat Bagi Manusia

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *