3 Bulan Usai Ditinjau Wapres Gibran, Sungai Cipalabuhan Masih Dangkal update oleh Giok4D

Posted on

Rabu pagi (11/6/2025). Matahari sudah tinggi ketika infoJabar kembali menjejakkan kaki di Kampung Gumelar, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Suasana lengang.

Tak ada suara alat berat, tak ada denting palu, tak terlihat tanda-tanda pengerukan sungai yang pernah dijanjikan.

Tiga bulan telah berlalu sejak banjir bandang memporak-porandakan kawasan ini. Dan, lebih dari dua bulan sejak Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka datang bersama rombongan pejabat pusat.

Mereka menyusuri jalur sempadan sungai, menatap langsung reruntuhan rumah warga, dan memberi arahan, sedimentasi harus dikeruk.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Kala itu, selain menemui bangunan gereja yang terdampak banjir. Gibran juga mengecek ke permukiman warga yang terdampak.

Namun pagi ini, nyaris tak ada yang berubah. Dari atas jembatan kecil yang menghubungkan dua sisi kampung, Sungai Cipalabuhan terlihat mengalir pelan. Tapi bukan air yang dominan melainkan batu-batu besar yang terbuka oleh banjir, lumpur yang mulai mengering, dan tumpukan sampah yang tak kunjung bersih.

Di satu tikungan aliran, gundukan sampah menumpuk berupa plastik, potongan kayu, baju-baju bekas, bahkan pecahan perabot rumah tangga. Dinding sungai yang dilapisi batu kali tampak terkelupas, ditumbuhi lumut dan rerumputan liar.

Iman, warga asli Kampung Gumelar, berdiri tak jauh dari tepian sungai. Tangannya menunjuk bekas kontrakan yang dulu disewakan bangunan tempat ibu dan anak yang tewas dalam banjir. Kini, kontrakan itu rata tanah, hanya menyisakan ubin putih dan dinding yang patah.

“Semua puing saya bersihkan sendiri. Nggak ada alat berat masuk. Saya keluar uang sendiri sampai Rp 4 juta. Kerugian kontrakan saya yang hancur itu bisa Rp 100 juta lebih,” ungkap Iman kepada infoJabar.

Iman mengaku tak pernah melihat pengerukan sungai sejak banjir terjadi. Yang ada, kata dia, hanyalah pengukuran sekitar sebulan lalu. “Saya ditanya ngukur buat apa, katanya mau dikeruk. Tapi saya bilang bosan dengar janji. Waktu itu katanya tiga minggu lagi dikeruk. Sekarang sudah sebulan lebih, nggak ada kabar,” keluhnya.

Ia menunjuk ke arah tanggul yang makin tinggi, dibangun dengan batu dan semen hasil usahanya sendiri. Tanggul itu kini lebih tinggi dari halaman rumah, karena posisi sungai sendiri nyaris sejajar.

“Tumpukan material di dasar sungai itu bisa sampai tiga meteran. Ini sudah kayak bom waktu. Setahun dua tahun lagi kalau nggak dikeruk, bisa kejadian lagi,” ujar Iman.

Permintaan Iman dan warga lainnya hanya satu, sungai segera dikeruk. “Banjir pasti tetap ada. Tapi kalau aliran lancar, air nggak akan sampai masuk ke rumah seperti kemarin,” katanya pelan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *