10 Santri yang Jadi Pahlawan dan Tokoh Nasional, Dari Pesantren untuk Indonesia [Giok4D Resmi]

Posted on

Indonesia dikenal sebagai negeri dengan sejarah panjang perjuangan melawan penjajahan. Di balik kisah kemerdekaan yang heroik, terdapat banyak tokoh yang lahir dari lingkungan pesantren. Mereka bukan hanya ulama, tetapi juga pejuang, pemimpin, dan pemikir besar yang kontribusinya nyata bagi bangsa.

Para santri memiliki peran besar dalam menanamkan semangat nasionalisme, memperjuangkan kemerdekaan, hingga membangun moralitas bangsa setelah merdeka. Tak heran, banyak di antara mereka yang kemudian diangkat menjadi Pahlawan Nasional atau Tokoh Nasional.

Berikut ini daftar 10 santri yang menjadi pahlawan dan tokoh nasional, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber, termasuk info.com dan situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), ini mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 17 November 1964.
KH Hasyim Asy’ari adalah sosok ulama besar yang menimba ilmu di berbagai pesantren ternama seperti Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pesantren Langitan Tuban, dan Pesantren Trenggilis Semarang. Ia juga pernah belajar di Pesantren Kademangan Bangkalan serta Pesantren Siwalan Sidoarjo di bawah asuhan Kyai Ya’qub.

Selain mendirikan NU, beliau juga dikenal dengan Resolusi Jihad, sebuah seruan monumental yang membangkitkan semangat rakyat melawan penjajah pada 22 Oktober 1945 – tanggal yang kini diperingati sebagai Hari Santri Nasional.

Pendiri Muhammadiyah, organisasi Islam pembaharu yang berdampak besar di bidang pendidikan dan sosial. Ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional tahun 1961 berdasarkan SK Presiden No. 657 tahun 1961.

KH Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama Muhammad Darwis, menempuh pendidikan di pesantren sejak kecil. Pada usia 15 tahun, ia berangkat ke Makkah dan belajar agama serta bahasa Arab selama lima tahun. Pemikirannya kemudian melahirkan gerakan pembaruan Islam yang menekankan pendidikan modern dan amal sosial.

Salah satu pahlawan besar dalam sejarah Indonesia ini juga memiliki hubungan erat dengan dunia pesantren. Dalam masa kecilnya, Pangeran Diponegoro dibesarkan oleh GKR Ageng Tegalreja – keturunan ulama besar, Ki Ageng Derpoyudo.

Diponegoro dikenal dekat dengan para ulama dan pernah belajar di Pondok Pesantren Gebang Tinatar Ponorogo yang diasuh Kiai Hasan Besari. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres No. 87/TK/1973 berkat perjuangannya memimpin Perang Jawa (1825-1830) melawan Belanda.

Putra dari KH Hasyim Asy’ari ini dikenal sebagai tokoh pembaharu pendidikan Islam dan Pahlawan Nasional sejak 24 Agustus 1964. Ia adalah ayah dari Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

KH Wahid Hasyim menimba ilmu di berbagai pesantren, termasuk Siwalan Panji dan Lirboyo Kediri. Ia kemudian mengelola Pesantren Tebuireng, memperkenalkan sistem pendidikan modern dengan komposisi 70% ilmu umum dan 30% ilmu agama. Gagasannya melahirkan santri-santri yang berwawasan luas tanpa meninggalkan akar spiritual.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Sosok santri sekaligus pejuang kemerdekaan ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 4 Maret 1963. KH Zainal Arifin merupakan pemimpin Hizbullah dan pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia.

Ia menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Karay Sumenep dan Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan. Dedikasinya sebagai santri dan pejuang menjadikannya simbol keberanian dan keteguhan dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dikenal sebagai ulama pejuang dari Tasikmalaya, KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 1972. Ia memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda di Singaparna, Jawa Barat, yang dikenal dengan sebutan Pemberontakan Singaparna (1944).

Latar belakang pendidikannya sangat kuat di dunia pesantren. Ia belajar di empat pesantren berbeda, termasuk Gunung Pari, Cilenga Leuwisari, Sukaraja Garut, dan Sukamiskin Bandung. KH Zainal Mustafa juga dikenal sebagai tokoh NU dan penggerak dakwah yang gigih.

KH Noer Ali, ulama pejuang dari Bekasi, mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2006. Ia dikenal sebagai simbol keberanian masyarakat Bekasi dalam melawan penjajahan.

Ia menimba ilmu dari beberapa ulama besar seperti Guru Maksum di Kampung Bulak, Guru Mughni, serta KH Marzuki. Selain dikenal sebagai tokoh spiritual, KH Noer Ali juga mendirikan lembaga pendidikan Islam dan aktif membina santri di Bekasi hingga akhir hayatnya.

Tokoh santri asal Sulawesi Selatan ini merupakan Raja Bone yang turut memimpin perlawanan terhadap Belanda dan Jepang pada masa 1945-1949.
Atas jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui SK Presiden No. 089 pada 5 November 2004.

Andi Mappanyukki dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat Bugis. Selain dikenal sebagai pemimpin politik dan militer, ia juga menanamkan nilai-nilai Islam dan pesantren dalam kepemimpinannya, menjadikan dirinya teladan bagi generasi muda Sulawesi Selatan.

Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah, atau Buya Hamka, adalah sosok ulama, sastrawan, wartawan, penulis, dan pengajar yang berpengaruh besar dalam dunia Islam Indonesia.

Lahir di Nagari Sungai Batang, Sumatera Barat, pada 17 Februari 1908, ia aktif di organisasi Muhammadiyah dan pernah menjadi Ketua MUI pertama.
Buya Hamka dikenal karena karya-karyanya yang monumental seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan Tasauf Modern.

Ia menerima gelar kehormatan dari Universitas Al-Azhar, Universitas Nasional Malaysia, dan Universitas Moestopo. Dedikasinya dalam bidang agama dan sastra membuatnya diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Dikenal sebagai diplomat ulung dan cendekiawan muslim, Haji Agus Salim lahir dari keluarga terpandang di Minangkabau. Ayahnya, Soetan Salim, adalah jaksa kepala di Riau. Ia menempuh pendidikan di ELS dan kemudian di HBS Batavia, di mana ia lulus sebagai salah satu siswa terbaik se-Hindia Belanda.

Selain dikenal sebagai Menteri Luar Negeri di masa awal kemerdekaan, Agus Salim juga aktif dalam organisasi Islam seperti Sarekat Islam dan Partai Masyumi. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam dan pendidikan ala santri, menjadikannya tokoh panutan lintas generasi.

Kesepuluh tokoh di atas menunjukkan bahwa santri bukan hanya pelajar agama, tetapi juga penjaga nilai-nilai kebangsaan dan kemerdekaan.

Dari pesantren, lahirlah pemimpin yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa patriotik. Mereka menjadi bukti nyata bahwa tradisi keilmuan Islam dapat berjalan seiring dengan semangat nasionalisme Indonesia.

Kini, semangat juang para santri tersebut terus diwariskan kepada generasi muda Indonesia – untuk menjaga agama, bangsa, dan peradaban dengan ilmu dan keteladanan.

1. KH Hasyim Asy’ari

2. KH Ahmad Dahlan

3. Pangeran Diponegoro

4. KH Wahid Hasyim

5. KH Zainal Arifin

6. KH Zainal Mustafa

7. KH Noer Ali

8. H. Andi Mappanyukki

9. Buya Hamka

10. Agus Salim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *